![]() |
Pict from here |
Hakikat sebuah rubaiyat
Datang bermula dari satu isyarat
Tersirat lesap tuk menghimpun serat
Sebelum maujud rakaat demi rakaat
Disini, kembali ku tanam rindu
Pada indahnya firdausMu
Dengan menuai wudhu di kerling waktu
Hendak ku ikat segala wewangi kalamMu
Gema penuntun airmata yang luruh
Sujud bersama ruh menanggalkan keluh
Menjelma mimpi tak pernah utuh
Di pilar subuh yang hampir rubuh
Gusti Kang Moho Suci
Pemilik firman beraroma surgawi
Terimalah rangkuman doa diujung jemari
Meski tak meruap wangi, yakinku KAU mendengar ini
Datang bermula dari satu isyarat
Tersirat lesap tuk menghimpun serat
Sebelum maujud rakaat demi rakaat
Disini, kembali ku tanam rindu
Pada indahnya firdausMu
Dengan menuai wudhu di kerling waktu
Hendak ku ikat segala wewangi kalamMu
Gema penuntun airmata yang luruh
Sujud bersama ruh menanggalkan keluh
Menjelma mimpi tak pernah utuh
Di pilar subuh yang hampir rubuh
Gusti Kang Moho Suci
Pemilik firman beraroma surgawi
Terimalah rangkuman doa diujung jemari
Meski tak meruap wangi, yakinku KAU mendengar ini
Surabaya. 28 Desember 2012
Oleh : Estin Putri
64 comments
Insya Allah doanya didengar ya mas, asal kita berprasangka baik
Aamiin...
terimakasih mbak Lidya
Wuuiihh.. puisi Estin memang indah sekali yaa... Pantesan bukunya udah beredar kemana-mana.
Pilihan yang tepat mas... Cocok dengan nafas Media Robani.
Buat Estin... dirimu tidak hanya cantik menghias wajah, tapi juga cantik dalam merangkai kata. Jempol buat Estin...
Padahal bikinnya tidak lebih lima menit loh mbak, sambil ngantuk lagi...
Weelaah... kok gampang banget.
Lha kalo saya jadi puisi kayak gitu ya hrs ndleming semaleman... cari wangsit dulu. qiqiqi...
Apalagi saya, bisa sehari semalem gak tidur sambil makan pangsit... hihihi
sejak kapan makan pangsit...? Bukannya doyannya kopi doang...??
tergantung cuacanya, tapi kopi is number one..
wah.. Kk @Insan sekarang tambah puitis aja...
*kata-katanya semakin menyentuh, meski terselip bahasa lokal namun tetap siip. :D
Adik Liyan, itu bukan tulisan saya, tapi dari Estin Putri salah satu penulis puisi favoriteku, yang memberikan satu tulisan untuk Media Robbani
wah, wah... ndak baca tulisan di dibawahnya... kecil tulisannya dan kyanya mataku lagi kumat, hee...
maaf yaa KK @Insan, ^_^
hehehe...
gak apa-apa semoga segera baikan indera penglihatannya
suasana malam menjadi sendu, dengan doa aku mengharap ridhoMu
Aduh syahdunya Ri..
Puiai bernuansa religi selayaknya ditumbuhsburka
Cakep
Salam hangat dari Suraaya
Setuju Pakdhe, kalau perlu dikumpulkan dalam buku
Dalam kata terdapat makna untuk selalu dapat membuak pintu langit bagi setiap jasad yang selalu memiliki ruh, karena doa meruapak salah saru ruh kehidupan bagi setiap insan dalam qolbu menuju jala yang telah ditetapkan Nya.
Sukses selalu
Salam Wisata
Selalu suka dengan komentarnya Kang Indra, tidak kalah sama postingnya
Puisi mas Insan teduh menyentuh hingga jauh ke relung, terima kasih...puisinya mengingatkanku pada ketenangan dan penghambaanku ketika menepikan hati pada NYA...Rabb-ku...
Makasih Irma..., tapi sayangnya saya belum bisa menulis sebagus itu, itu karya Estin Putri
Puisinya hasil renungaan yg dalam banget, dan dalam 5 mnit bisa selesai? saluut banget....lha saya jangankan 5 menit..5minggu juga blm tentu bisa bikin puisi klo gak mood je...#dasar si moody
Sepertinya ada yang lagi menerapkan ilmu padi... haaaiiss
semoga harapan kita bisa terwujud dengan do'a dan usaha
Aamiin, terimakasih kang untuk kunjungannya
termangu aja baca puisinya mas...keren!
Alhamdulillah mbak Arie, asal jangan ketiduran loh.. qiqiqiqi
Semoga puisi indah ini di ijabah oleh Nya # AMIN
Aamiin, doa dan harapan orang sholeh spt Kang Sofyan biasanya lbh mudah diijabahi
amin.
muka serem tapi bisa bikin puisi unyu2 yak mas e?
Hayooo ngatain siapa..? yang bikin bukan aku loh...
^_^
ih senyumnya...
Waah puisinya keren dan dalam. Belum kenal sama penulisnya, siapa ya?
Namanya Estin Putri mbak Niar, salah satu penulis puisi favoriteku yang kebetulan asal surabaya juga
apalagi sambil menikmati kopi buatan istri, Om :D
Ciee.. pengantin baruu ngomonin istri..
Masya Allah, begitu berirama
manis sekali :)
apalagi sambil nyanyi2 makin berirama lagi...
Indahnya untaian kata, asli meresap sampai ke sukma. AKu paling suka bait terkahirnya :)
Terimakasih mbak Keke..
insya ALLAH - DIA lah SANG MAHA MENDENGAR :-)
Setuju mas Hari..
terimakasih kunjungannya
amien...
ihir mendadak Puitis...
ini puisi penulis Tamu Ndear
"Dalem" dan menyentuh puisi ini.
Sungguh, berdesir-desir hati saya membacanya.
Sungguh.
Alhamdulillah, puisi yang dibuat dinda Estin untuk Media Robbani.
sebuah doa yang bagus dan patut untuk dibaca...salam persahabatan...ditunggu follow dan kunjungan baliknya...http://jagadkawula.blogspot.com/
Terimakasih kunjungannya..
sudah di Follback
Doa di ujung jemari, kalau dituliskan dengan sepenuh hati, adalah doa yang berada di ujung bibir...
Sangat setuju mbak Evi
Puisi yang indah & sangat menyentuh... Salam untuk Estin ya mas...benar2 indah untaian katanya.. :)
Terimakasih mbak, insya Allah disampaikan salamnya
Do'a yang tulus.. cuma mau nanya nich..he... kalo rubaiyat sich apa? maaf maklum belum tahu.
Rubaiyat itu sajak yg terdiri dari 4 baris saja
oke..terima kasih penjelasannya
oke..terima kasih penjelasannya
Untaian puisinya benar2 indah dan sejuk :)
Saya sampai membaca berulang-ulang
wah terimakasih semoga berkenan
Subhanallah! Bukan hanya indah di kata, tapi indah di makna, Mas.
Salam untuk Mbak Estin. Terima kasih atas inspirasi yang indah bermakna ini.
Atas nama Penulisnya saya ucapin terimakasih Mas Abi..
insya Allah salamnya disampaikan
wah suka engan puisi ini...
apa lagi bagian yang ini
"Gema penuntun airmata yang luruh
Sujud bersama ruh menanggalkan keluh
Menjelma mimpi tak pernah utuh
Di pilar subuh yang hampir rubuh"
Terimakasih mas Ben
Salam dari Surabaya
Salam juga mas dari Palembang :))
nice post
Post a Comment
"Setelah dibaca tunjukkan kunjungannya dengan meninggalkan jejak dikolom komentar karena postingannya sopan maka diharap komentarnya juga yang sopan mohon tidak menulis komentar spam dan OOT disini"