Wednesday, August 8, 2012

Obrolan Malam Di Saat Mudik



Oleh: Sam Aaja



Apa jadinya jika hidup ini tak punya pegangan? Bagaimana cara kita membatasi perilaku kita jika tak ada pegangan? Apa jadinya jika dalam hidup ini kita hanya berjalan menuruti kehendak dan kemauan kita? Atau pernahkah kita berpikir untuk siapa sebenarnya kita beraktivitas? Itu mungkin hanya sekelumit pertanyaan yang muncul di benak saya sehabis bercengkrama dengan seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk agama. Saya bertemu dengan beliau ketika berada dalam sebuah kapal ketika melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman saya. Saat itu, saya lebih memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan kapal laut dibandingkan dengan naik pesawat dengan alasan ingin menikmati perjalanan. Sebenarnya pertemuan saya dengan orang seperti yang saya temui ini bukan pertama kalinya, bahkan sering ketika saya menumpangi kapal laut. Namun, ini yang pertama kalinya saya berani menyapa mereka dan berbincang-bincang, dan kebetulan tempat saya dengan tempatnya bersebelahan, yakni sama-sama ngemper di geladak kapal di samping musholla kapal. 

Dia banyak bercerita mengenai kehidupan, tentang bagaimana seharusnya kita menjalani hidup ini, kepada siapa hidup ini harus dipersembahkan, harus diabdikan. Saya sendiri pun jika disuruh untuk menuliskannya secara detail, mungkin saya tidak langsung bisa menjelaskannya secara detail. Waktu itu, sehabis Sholat Isya, saya memberanikan diri mengajaknya berbicara. Awalnya cuma berbasa basi dengan menanyakan darimana asalnya dan mau ke mana, serta tak lupa berbagi cerita mengenai kampung halaman masing masing. Sebelumnya, dalam benak saya selalu bertanya-tanya tentang orang-orang seperti dia yang sering saya temui dalam perjalanan seperti ini memakai seragam seperti beliau itu. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan itu kepadanya. Dan saya takjub dengan respon yang saya dapatkan. Ia begitu bersemangat untuk menjelaskannya kepadaku dan begitu antusias dalam menjawab panjang lebar satu pertanyaan yang begitu singkat saya utarakan. Saya pun hanya terdiam mendengarkannya dan sesekali mengutarakan pendapatku tentang orang-orang seperti dia.

Bagi saya, hal ini tidak terlihat aneh karena aku mempunyai keyakinan yang sama dengan dia. Saya bertanya kepadanya seperti sedang memposisikan diri sebagai orang yang berbeda keyakinan dengan dia, atau seperti orang yang tidak mengerti apa-apa dan hanya bisa berprasangka buruk terhadap orang seperti ini. Dan juga karena ketika aku ditanya sama orang yang berbeda keyakinan aku hanya bisa memberikan jawaban yang tidak pernah memuaskan, karena pemahaman saya yang begitu sempit mengenai agama.

Satu hal yang saya tangkap dari pembicaraan itu adalah bahwa agama ada di dunia ini untuk mengatur kehidupan manusia, bukan manusia yang dengan kehidupannya bisa mengatur agama. Seperti sekarang ini, berapa banyak manusia yang mengatur agama, mengakali agama karena kesibukannya terhadap dunia. Baginya, adalah tugas mereka yang tahu untuk memberi pemahaman kepada manusia-manusia yang mengakali agama. Adalah tidak adil jika diri kita senang melihat orang lain berada dalam kondisi lupa terhadap kodrat hidupnya, lupa terhadap ke mana dia akan kembali setelah mati.
Ia juga banyak bercerita tentang waktu. Bagaimana cara memanfaatkan waktu untuk agama. Seperti katanya, kita diberi waktu sehari 24 jam sehari, dan dalam 24 jam itu, kenapa kita tidak mempunyai waktu untuk mempelajari agama. Bagi yang sholat, agama itu bukan cuma sholat, yakni ketika waktu sholat kita sholat, dan ketika selesai kita kembali melupakan agama. Ia juga berkalkulasi tentang memanfaatkan waktu untuk agama. Namun, saya anggap itu hanya pendapat pribadi beliau, dan tidak bersifat global karena setiap manusia punya cara untuk mengkalkulasi waktunya sendiri. Namun, katanya sebisa mungkin dan semampu kita untuk membiasakan diri belajar agama tiap hari.

Ia juga banyak bercerita tentang cerita umat umat terdahulu, tentang bagaimana cara umat-umat dahulu mengabdikan hidupnya untuk akhirat, dan ternyata amalannya itu tidak diterima oleh Allah swt. Bagaimana dengan kita yang hidup sekarang ini yang sering mempermainkan agama, dan yang sering melupakan hal hal yang bersifat keagamaan? Kita mungkin tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan umat-umat terdahulu dalam beramal. Bahkan umat dahulu ini ketika mengetahui bahwa segala amalannya tidak diterima oleh Allah Swt, mereka berdoa kepada Allah Swt, bahwa jika Engkau memasukkan aku ke dalam neraka, maka besarkanlah tubuhku ini seukuran neraka, karena ia memikirkan bagaimana dengan umat yang lain setelahnya, yang hidupnya hanya untuk dunia.

Dan masih banyak lagi yang ia sampaikan kepadaku, namun intinya mereka ada karena untuk menyebarkan agama islam agar memasyarakat di negara yang umat muslimnya terbesar di dunia ini. Karena masa kenabian sudah tidak ada, maka sudah kewajiban kita untuk menyampaikan agama kepada orang yang belum mengetahui dan memahaminya. Mengenai seragam yang dipakai, ia mengatakan bahwa seragam ini adalah bagian dari sunnah Nabi, yang melambangkan kesederhanaan dalam hidup. Dan dia juga menambahkan, bahwa ini cara berpakaian yang lebih baik jika dibandingkan dengan pakaian zaman sekarang yang mana pakaian yang dikenakan dipenuhi dengan nafsu. 

Saya juga sempat menanyakan, bagaimana pendapatnya mengenai orang-orang sepertinya yang sering dikenai tuduhan sebagai bagian dari islam radikal, teroris dan segala macam pandangan negatif lainnya. Dia pun menjawab dengan tenang, bahwa ia tidak ambil pusing terhadap penilaian itu dan menyatakan bahwa itu hanyalah suatu konspirasi untuk menjauhkan manusia yang tidak paham untuk lebih jauh dari agama. Dan satu hal yang ditekankan lagi, bahwa musuh-musuh Islam sebenarnya sangat takut terhadap orang-orang seperti ini. Karena baginya, cara seperti ini sangat sulit untuk dilacak akar-akarnya, karena akarnya sendiri adalah diri kita sendiri, sehingga bagi musuh-musuh islam, untuk menghancurkan orang-orang seperti dia, mereka harus menghadapinya secara langsung. Dan kita pun tahu kenyataan yang ada, bahwa mereka tidak pernah dan tidak akan pernah berani menghadapi orang-orang seperti dia ini secara langsung. Mereka hanya bisa menyebarkan fitnah di kalangan orang-orang yang tidak paham akan agama, dan bagaimana agama itu seharusnya dibela.

Obrolan demi obrolan pun hadir seiring malam yang semakin larut, di tengah penumpang-penumpang lain yang sudah mulai terlelap, di tengah deru mesin kapal yang terus melaju menuju titik perhentiaannya, di tengah laut di malam hari yang ketika itu sedang tenang. Betapa mulianya orang-orang seperti beliau. Di saat sebagian orang, mengabdikan hidupnya untuk bertahan hidup, justru orang seperti dia ini menyerahkan hidupnya untuk tegaknya agama. Mereka memang hadir dengan alasan yang susah dipahami oleh manusia seperti saya. Mereka hadir untuk menyadarkan pemahaman manusia tentang kebenaran. Mereka hadir karena yakin hidup ini diatur oleh agama. Mereka susah dipahami oleh manusia yang hidupnya mengatur agama, bahkan mereka juga susah dipahami oleh orang yang tidak percaya agama.


Kontributor

Author: Heningkara

11 comments

August 8, 2012 at 8:43 PM

Setuju untuk tidak ambil pusing dengan pendapat apapun tentang Islam. Islam tidak akan hancur walau diserang, dihujat, difitnah sebagaimanapun juga. Islam akan tetap tegak dan semakin kokoh. Saya yakin...suatu saat akan tiba masanya kekhalifahan akan kembali tegak.

August 8, 2012 at 9:31 PM

Agama ada untuk mengatur bukan manusia yang mengatur kita, bener juga seh tapi kalau ngomongin agama nanti jadinya SARA deh, yang penting tiap orang pnya niat yang baik untuk menjalani semua yang ada dikehidupannya :D

August 8, 2012 at 9:54 PM

hidup ini diatur oleh agama, dan saya juga yakin dan mempercayai hal ini. Tp tak jarang kita [saya] mencari pembenaran dgn memutar-mutar sedikiiiiit pengetahuan agama yg kita tahu.

Astagfirullah...betapa tak terhingganya salah, khilaf dan dosaku:(

August 8, 2012 at 11:58 PM

@nikensemoga ya mbak Niken, walau tdk mudah tapi bukan berarti tdk bisa.

August 8, 2012 at 11:59 PM

@Niar Ci Luk Baabetul Niar.. keberadaan Islam untuk menjadi parameter kehidupan manusia, bukan sebaliknya

August 9, 2012 at 12:01 AM

@Ririe Khayanbetul sekali, makin kesini semakin banyak orang yg merasa hebat, bahkan aturan yang dibuat Tuhanpun masih suka direvisi... eh ga nyambung ya...

August 9, 2012 at 1:09 AM

Alhamdulillah, kalo saya dari selalu belajar untuk memposisikan agama sebagai pegangan atau landasan untuk melakukan setiap kegiatan

Jadi, dalam konteks apapun, agama tidak pernah salah, karena semua agama itu mengajarkan kebaikan

Anonymous
August 9, 2012 at 3:34 AM

foto kapalnya mengingatkanku 5 tahun lalu.

August 9, 2012 at 4:26 AM

wow... udah di publish... lebih cepat dari yang dijanjikan...
semoga bermanfaat kalo begitu.... :)

August 9, 2012 at 10:08 AM

@SamAaamiinn.... *pengen naik kapal...lagi.

August 9, 2012 at 2:02 PM

setuju banget. agama yang mengatur hidup kita lebih terarah, bukan sebaliknya kita yang mengatur agama. tapi sayangnya hal itu malah musim dizaman sekarang ini. agama diatur2 sesuka hati sesuai kepentingan pribadi/golongan. naudzubillah

Post a Comment

"Setelah dibaca tunjukkan kunjungannya dengan meninggalkan jejak dikolom komentar karena postingannya sopan maka diharap komentarnya juga yang sopan mohon tidak menulis komentar spam dan OOT disini"

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes