Monday, August 13, 2012

Takbir Dihati Seorang Mu'alaf


Oleh : Insan Robbani

Masih jelas dalam ingatanku beberapa tahun lalu, saat pertama kali bertemu dengan  indahnya Ramadhan. Ada rasa suka cita bercampur deg-degan saat mengucapkan Marhaban ya Ramadhan. Jujur aku masih awam tentang makna Ramadhan akupun tidak tahu banyak bagaimana mengisi hari-hari di bulan Ramadhan, karena saat itu aku seorang mu'alaf. Hanya semangat dan kemauan untuk menjadi muslim yang baik membuatku antusias ikut menyemarakkan Ramadhan.

Seperti pada umumnya dimasjid diadakan shalat tarawih dilanjut dengan tauziah para ustadz, banyak pengetahuan baru yang kudapat, membuat diriku makin yakin akan indahnya Islam. Ternyata berpuasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, tapi yang utama untuk mengaplikasikan makna sabar, syukur, ikhlas, tawadhu' dan ketakwaan pada sang Robb dan Ramadhan adalah waktu untuk menggembleng semua rasa itu.

Ramadhan ibarat waktu bagi Allah Ta'ala menggelar sebuah pesta yang Maha megah dengan mengundang hambanya untuk menghadirinya. Banyak menu hidangan yang ditawarkan berupa taufik, rahmat dan hidayah serta limpahan pahala dan berjuta kenikmatan tersaji dipesta Ramadhan. Bukan itu saja, Allah juga membagikan voucer pahala yang nilainya tujuh puluh kali lipat dari bulan-bulan biasanya. Tidurnya bernilai ibadah, diamnya bernilai dzikir, bau mulut orang yang berpuasa harumnya melebihi minyak kasturi. Dan yang luar biasa bagi yang mampu meraih Lailatul Qodr bernilai kebaikan selama seribu bulan. Subhanallah. Tidak ada alasan rasanya untuk meninggalkan ibadah puasa.

Hari demi hari kulalui dengan kesendirian dalam menjalani ibadah puasa, karena orang tua dan kedua kakakku masih non muslim (baca disini). Tapi bukan berarti menjadikan alasan pembenar tidak menjalankan kewajiban seorang muslim apalagi puasa adalah ibadah wajib bagi muslim yang mampu. Meski penuh tantangan dari keluarga tetap kujalani Ramadhan dengan besar hati. Berbuka puasa sendiri, makan sahur sendiri, mempersiapkan makan sahur sendiri adalah rutinitas sehari-hari yang kulalui. 

Jangan berpikir menu makan sahurku yang memenuhi standard empat sehat lima sempurna, bisa makan mie instant dan teh manis hangat sudah Alhamdulillah. Secara finansial orang tua tidaklah kesulitan jika menyediakan makanan yang cukup memenuhi standard gizi. Tapi mereka sedang menghukumku akibat pembelotanku menjadi muslim. Setiap pilihan memang ada konsekwensi, aku telah memilih jalan hidupku menjadi seorang muslim tentu ada harga yang harus dibayar. Hukuman dari orang tuaku tidak ada artinya apa-apa dibanding perjuangan para mujahid di medan laga dalam rangka menegakkan bendera Islam, hanyalah debu kecil jika dibanding perjuangan Rasulullah saat-saat memperkenalkan Islam dikalangan orang kafir dan kaum jahiliyah.

*****

Seperti muslim pada umumnya ba'da isya dilanjut dengan shalat tarawih. setelah shalat tarawih teman-teman mengajakku untuk ikut meramaikan masjid. Sayang bila bulan Ramadhan yang penuh berkah ini dilewatkan dengan kesia-sian. Kulihat beberapa orang duduk melingkar sambil membaca sebuah kitab, yang satu membaca yang lainnya menyimak dan sesekali membenarkan bila ada yang salah bacanya. Baru kutahu itu namanya tadarus Al Qur'an atau membaca Al Qur'an. Aku hanya bisa terperangah ketika diajak bergabung dengan mereka.  Hah..! baca Al Qur'an?, ujarku dalam hati. Jangankan membaca Al-Qur'an mengeja alif, ba', ta saja belum bisa.  Ah! aku benar-benar malu dan minder saat itu. Sebagai seorang muslim rasanya aneh apabila tidak bisa membaca kitab sucinya. 

Tidaaaaakkk..!!, aku berteriak dalam hati, aku harus bisa, aku harus belajar membaca Al Qur'an, aku harus merusaha mengamalkannya. Aku bertekad bulan Ramadhan ini harus bisa membaca dan menulis Al Qur'an, agar aku juga bisa duduk melingkar berdampingan mereka sambil bertadarus Al Qur'an.

Sepulang kuliah buru-buru beli buku dasar-dasar membaca-tulis Al Qur'an, kupelajari dari yang paling dasar membaca dan mengeja huruf hijaiyah, Alhamdulillah di dua pertiga Ramadhan aku memberanikan diri bergabung dengan teman-teman di masjid,  kutepis rasa malu kubuang jauh rasa minder meskipun belepotan aku nekad ikut membaca. Alhamdulillah Allah memberi kemudahan kepadaku, dan Ramadhan ini kurasakan banyak ilmu yang kudapatkan, Ramadhan yang penuh berkah bisa kulalui dengan peningkatan ilmu dan iman

*****

Allaahu akbar.. Allaahu akbar
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar
Allaahu akbar walillaahil hamd

Suara takbirpun menggema ke seluruh jagad raya, sebagai pertanda sebuah kemenangan bagi seorang muslim setelah berjuang selama sebulan. Entahlah, aku sendiri tidak tahu apa makna kemenangan bagi diriku, apakah aku sudah bisa disebut orang yang mendapat kemenangan atau justru malah sebaliknya..? hanya Allah yang tahu.  Tapi yang kurasakan suara takbir ini begitu bermakna, menyentuh kedalam relung hatiku yang paling dalam.


Kutatap langit yang mulai gelap tampak bulan dan bintangpun seperti ikut bertakbir mengagungkan Asma Allah. Suaranya indah lebih indah dari orkes symphony yang pernah kudengar.  Ya Allah hari ini gema takbir yang paling menyentuh hatiku, tak sadar telaga bening telah mengalir dari bilik mataku, sebuah tetesan air mata yang kupersembahkan pada-Mu ya Robb.



Kontributor:

Insan Robbani


22 comments

August 13, 2012 at 10:38 PM

Selalu terharu membaca kisah mu'alaf mas Insan.
Kalau sekarang kayaknya udah berkali-kali khatam ya mas....

August 13, 2012 at 11:09 PM

Jadi inget ama Mbak Lusi. Apa kabar ya dia? Moga-moga....

August 13, 2012 at 11:18 PM

Subhanallah... Alhamdulillah.... Segala puji bagiMu ya Allah, yang telah membuka mata hati saudara kami untuk bersujud hanya kepadaMu, dan menjadi saudara seiman kami...

Berulang kali terharu dan takjub dengan untaian kalimat mas Insan, berbagi cerita penuh pembelajaran tentang makna Islam bagi dirinya dan keluarga...

Kalo sekarang nih, saya yakin pengetahuan tentang Islam sudah jauuuuuh dikuasai ya mas, bukan hanya teori, tapi prakteknya juga pasti udah yahud deh... :)

Trims atas postingan yang begitu menginspirasi ya mas!

August 13, 2012 at 11:31 PM

Waah takjub baca tulisannya..
Hiks.. terbawa suasana ..

Alhamdulillah ya Mas, senengnya..

August 13, 2012 at 11:37 PM

@Niken Kusumowardhanideuh kaya baca Al Qur'an aja khatam..

Terimakasih kunjungannya

August 13, 2012 at 11:38 PM

@walank ergeaSiapa mbak Lusi itu..??
moga2 dia baik2 aja deh

August 13, 2012 at 11:41 PM

@alaika abdullahmakasih mbak Alaika..

sekarang masih sekedar tahu tentang Islam, kalau dikuasai tentunya sudah malang melintang di Media TV mbak..

August 13, 2012 at 11:42 PM

@Nchie HanieAlhamdulillah, sudah dijadikan muslim...

makasih ya Teh kunjungannya

August 14, 2012 at 4:27 AM

pertama kali tau mas Insan mualaf, dari tulisan uncle Lozz kemarin. Semoga selalu dipermudah ya mas

August 14, 2012 at 8:17 AM

Ini kisah nyata, Mas? Maksud saya, Mas Budhi ini mualaf? Subhanallah wal hamdulillah, semoga hidayah ini tetap bertahan dan semoga mas Budhi bisa menjadi perantara hidayah Allah kepada keluarga. Amin.

Benar bahwa Ramadhan adalah kesempatan yang Allah berikan kepada hambanya untuk meraih pahala berlipat ganda, bagi siapa yang beribadah hanya karena dan untuk Nya.

Salam hangat untuk keluarga tercinta.

August 14, 2012 at 8:47 AM

masya Alloh
Allohu Akbar. begitu menyentuh kisahnya. memang saya juga kerap kali mendengar crita spti ini yag tak sejalan dan begitu terjal.
Tapi pada akhirnya pilihan itu membuat kita smakin kuat wlaupun dalam pergolakan rasa yang menderu haru antara kepahitan yg hrs diterima dari sisi lain.

tpi skrang kedua orang tua sudah muslim bang??

Luar biasa yah. aku hanya bisa terdiam smebari berpikir seandainya smw orag bisa memaknai kalimat tauhid dgn benar.

August 14, 2012 at 9:20 AM

Om insan robbani aka om budhi, tulisannya mesti apik, perjalanan mualaf yang mungkin lebih baik ibadahnya dan mendalami islam dari pada niar , tapi semua itu tetep semangat buat mendalami islam #salut :D

August 14, 2012 at 10:21 AM

@Lidya - Mama Cal-Vinamin, alhamdulillah mbak Lidya..

August 14, 2012 at 10:23 AM

@Abi SabilaDulu status saya mu'alaf tapi sekarang sdh jadi muslim mas, dan alhamdulillah sebelum kedua ortu meninggal sdh membaca muslim juga

August 14, 2012 at 10:32 AM

@Niar Ci Luk BaaYa... si Niar sok merendah, kan Niar sdh berhijab sbg bukti tau ttg hukum agama

August 14, 2012 at 10:34 AM

@Annur eL KarimahAlhamdulillah sebelum menunggal sdh muslim...

terimakasih kunjungannya..

August 14, 2012 at 12:31 PM

@Insan RobbaniMbak Lusi adalah warga keturunan yang kami temui di Masjid Raya Bogor Ramadan tahun lalu Mas. Saat tarawih dia mengendap-endap mendekati tas-tas kami di bagian belakang saf. Kirain mau nyopet eh ternyata penasaran sama gerakan2 shalat. Kala itu dia sudah berbusana ala muslimah namun belum berikrar syahadat. Dia tertarik dengan agama Islam. Entah gimana kabarnya dia skrang...Semoga Allah memberinya hidayah. Amiin. Seperti Allah tlah menganugerahkan hidayah kepada Mas Budhi. Semoga kita ttp brada dalam limpahan taufik dan cahaya petuntuk-Nya. Amiin

August 14, 2012 at 1:51 PM

salut dehhh .... :D

August 14, 2012 at 4:32 PM

Mas Insaaaann, terimakasih ceritanya. Slalu ada banyak hal yg bisa kupetik dari cerita-ceritanya mas insan. ^__^
Sy bisa bayangkan rasanya, bagaimana ketika gema takbir,tahmid,kalam Allah,dan kalimat syahadat bergema dihati dan menggetarkan jiwamu saat itu mas. Sungguh luar biasa nikmat Allah itu. :')

August 14, 2012 at 10:28 PM

Ramadhan itu adalah bulan paling indah dari semua bulan, dimana di buka pintu maaf dan berkah, semoga bulan ramadhan ini menbuat kita menjadi fitrah dan si ampunin dosa dan kembali suci...amiiin

August 15, 2012 at 1:15 PM

@Erlangga Kusumawijayawah komentarmu membuatku terharu Angga...

August 15, 2012 at 1:18 PM

@mahadewiAamiin..., terimakasih sudah menambahi di artikel ini..

terimakasih kunjungannya

Post a Comment

"Setelah dibaca tunjukkan kunjungannya dengan meninggalkan jejak dikolom komentar karena postingannya sopan maka diharap komentarnya juga yang sopan mohon tidak menulis komentar spam dan OOT disini"

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes