Monday, March 12, 2012

Kalau Bisa Lembut, Kenapa Harus Keras..?

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tulisan ini sebenarnya sudah beberapa bulan lalu saya buat hanya belum sempat saya posting disini, semoga tulisan yang sudah usang ini tetap mengandung manfaat bagi pembaca, khususnya para orang tua dan pendidik

Sore itu saya sedikit terkejut ketika pulang kantor melihat anakku hanya terdiam dikamar, tidak seperti hari-hari biasanya yang selalu ceria menyambut ayahnya pulang dengan cerita-ceritanya yang seolah tiada habisnya. Akhir-akhir ini dia sering menceritakan seputar teman-temannya yang baru, kebetulan dia baru masuk sekolah baru, tapi entah kenapa sore ini cerita-cerita itu tidak lagi menyambut kedatangan ayahnya. 

“Ah mungkin dia lagi capek sekolah dengan pelajaran barunya”, gumanku dalam hati menepis kecurigaan.

Tapi tidak lama setelah tas kerja dan sepatu kulepas dia menghampiriku dengan mata sedikit berkaca dan kalimat terbata-bata meminta padaku untuk pindah sekolah. “Ada apa ini ?” kataku dalam hati. Kuredam tangis anakku dengan senyum dan belaian rambutnya.



Setelah selesai mandi dan sholat maghrib berjamaah, lagi-lagi anakku memintaku untuk memindahkan sekolah kesekolah Islam full day dengan alasan lebih dekat dari rumah dan banyak temannya di sana, ah sungguh aneh!!. Padahal kemaren-kemaren dia semangat sekali disekolah barunya di salah satu SMPN Surabaya, ketika kutanya kenapa minta pindah sekolah, dia hanya mengatakan “Ingin lebih dekat dari rumah”, tetapi sepertinya ada sesuatu masalah yang disembunyikannya. 

Dengan perlahan aku tanya padanya. 

Hayo adik harus jujur dan terus terang sama papa, agar masalahnya bisa diselesaikan", dia diam menundukkan kepala seolah ada yang ingin disampaikan tapi ditahan.

Sekali lagi kutanya "ada masalah apa dik..? hayo cerita, agar papa bisa membantu", dengan mata masih berkaca-kaca dia menceritakan bahwa tadi siang dia disuruh gurunya untuk memotong rambutnya.

“Loh bukannya dua hari lalu adik sudah potong rambutnya..? apa adik tidak cerita..?”

“Devon tidak diberi kesempatan untuk cerita, Pak Guru langsung potong rambutku lantas pergi”.  Jawabnya masih dengan agak terbata

“Kalau cuman disuruh potong rambut aja kenapa adik mesti nangis dan minta pindah sekolah..? tanyaku menyelidik.

“Tadi Pak guru menyuruhnya sambil membentak, kata dia mengadu. 

“Ya sudah nanti dianterin potong rambut lagi”, kataku untuk meredam hatinya.

Mungkin Devon tidak terbiasa dengan suara yang berintonasi agak tinggi, karena sejak kecil dari KBIT, TKIT sampai SDIT hampir tidak ada suara dari ustadz dan ustadzahnya yang berintonasi tinggi. Devon agak sedikit kaget dan shock dengan perubahan tersebut, akhirnya sebagai orang tua saya berusaha menenangkan kegelisahannya dengan kata-kata yang klasik 

Itu karena Pak Guru sayang Devon, supaya Devon kelihatan rapi dan ganteng”.

Dari sedikit cerita ini bisa disimpulkan bahwa si Devon belum siap dengan perubahan dari guru-gurunya yang dulu lembut, kasih sayang serta pendekatannya sebagai teman, dengan gurunya sekarang yang menerapkan kedisiplinan dengan style yang lebih streng,  Saya pernah membaca sebuah buku karya dua orang ulama besar, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), secara garis besarnya ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.

Pertama adalah melalui Qudwah (Keteladanan)
Kedua adalah dengan Aadah (Pembiasaan)
Ketiga adalah melalui Pemberian Mau’izhoh (Nasehat)
Keempat dengan melaksanakan Mulahazhoh (Mekanisme Kontrol)
Kelima dengan Uqubah (Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi)

Tidak ada yang salah memang dengan guru-gurunya yang dulu ataupun yang sekarang, mungkin proses adaptasi yang perlu dilakukan oleh si anak agar terbiasa menghadapi situasi yang baru, hanya barangkali pendekatan dengan cara persuasif berupa nasehat dan contoh yang baik akan lebih bisa diterima oleh si anak daripada harus dengan membentak, karena menurut hemat saya masa anak-anak adalah titik dasar pembentukan karakter dan kepribadian, dan orang tua ataupun pendidik merupakan panutan dari seluruh perilaku dan karakter yang akan direkam dan dicontoh oleh anak atau anak didiknya (baca juga disini).

Tapi entahlah setiap orang punya cara dan persepsi sendiri-sendiri dalam melakukan pendekatan terhadap anak-anak ataupun anak didik, Pembacapun insya Allah juga punya cara sendiri cara mengekspresikan terhadap anak-anak.  
~silahkan di share di kolom komentar ~

57 comments

March 12, 2012 at 10:37 PM

Waalaikumsalam warahmatullahiwabarakatuh

Padahal tegas bukan berarti keras ya mas, membentak juga termasuk tindak kekerasan secara verbal ya, apalagi sampai Devon minta pindah sekolah begitu...bijak terhadap anak memang susah butuh kesabaran. Trm ksh utk berbagi cerita ini mas.

March 12, 2012 at 10:37 PM

Subhanallah...belajar jadi orang tua yang bisa menjadi teladan yang baik buat anak-anak ^^d
syukron Mas ^__^
*semoga Devon tumbuh menjadi anak y Sholeh dan kelak menjadi syafaat bagi kedua orang tuanya diakhirat nanti, aamiiin...

March 12, 2012 at 10:40 PM

mungkin karena faktor keadaan guru itu sendiri yg suka keras, atau mgkn karena ada beberapa murid yg bandel, lantas ia menyama ratakan, namun terlepas dari semua itu seorang pendidik haruslah memberi qudwah yg baik kepada si anak didik, untuk itulah kita seorang pendidik harus bisa memilih dan menggunakan cara yg tepat untuk menegur si anak, intinya ada keterikatan emosional antara pendidik dan anak didik, shingga kita mengerti apa yg di mau oleh mereka...dan kita orang tua ketika dirumah si anak bercerita ttg teguran guru yg keras untuknya, maka kita harus bisa memebri pengertian yg baik..ini menurut ku sih kak..karna aku juga seorang pendidik (guru)

March 12, 2012 at 10:55 PM

@Haya Nufusmungkin seperti yang saya tuliskan, devon dalam masa adaptasi dgn lingkungan baru, dan sebagai ortu, saya mencoba memberi pengertian, dan memberi masukan positif, agar tdk ada image buruk thd gurunya, bagaimanapun kemarahan guru kadang sifatnya situasional, atau lagi bad mood.., terimakasih mbak Haya sharenya

March 12, 2012 at 10:56 PM

dlu sekolah vi, punya guru ngaji... yg ga bgt, v lupa apa sebabnya.... kaki v dipukul ma rotan...

trus disekolah, gurunya kla salah yg cew tali BH ditarik dr luar.

itu khan buat ga nyaman beljar, tpi malah ketakutaan..

March 12, 2012 at 10:59 PM

@NeeAmin...,memang susah2 gampang menghadapi anak yang menuju pada masa transisi, tapi itulah fase yg hrs dihadapi, pada saatnya nanti insya Allah Unee akan menghadapi hal serupa.

March 12, 2012 at 11:04 PM

@meutia rahmahKoment yang sangat bijak Tia, memang banyak hal yang bisa membuat seorang pendidik bersikap spt itu, nah tugas ortu hanya bisa meredam tangisan dan kegelisahan anak serta memberi pengertian kepadanya agar tdk berdampak yg lbh buruk, terimakasih sharenya Tia

March 12, 2012 at 11:09 PM

@Selvi bethariakalau dalam falsafah jawa guru artinya di gugu dan di tiru (di percaya dan di contoh serta di tauladani)terlepas apa masalahnya, salah atau benar yang jelas sikapnya tidak layak untuk di gugu dan di tiru

March 12, 2012 at 11:18 PM

Orangtua yang lembut sekali..

Saya g setuju dgn guru2 yg bertindak kasar, bahkan mereka sering g tau mana yg harus dikasari dan mana yg tidak.
Sebagai guru yang harusnya ditiru, harusnya mereka g bersikap seperti itu.

March 12, 2012 at 11:32 PM

@Annisa Reswaramakasih Ratri, saya hanya mencoba menenangkan kegelisahan dia, memang anak2 berhak untuk mendapatkan kasih sayang bukan kekerasan..., makasih sharenya

March 13, 2012 at 2:27 AM

memang Ayah yang didambakan :D
seandaianya...hmm ah gak baik berandai-andai.hha

tetap jadi Ayah seperti itu mas insan :)
dan untuk guru yang suaranya keras itu, sepertinya habis makan permen mintz jadi gitu kali yak.hha

March 13, 2012 at 3:51 AM

hmmm ternyata judul tarbiyah kita kali ini, 'menjadi ayah yang bijak' ternyata nda gmpang ya...coba deh bayangin kalo orng tua jusrtu ikut marah2, sambil bilang "Ya ampun,..siapa nak namanya gurumu itu, kayaknya Auah harus ketemu...bla bla bla!!!"
makasih kak...slalu blajar disini^^

March 13, 2012 at 4:36 AM

saya juga seperti itu mas,tak bisa mendengar suara yang keras..pasti langsung nangis jadinya
saya suka nada2 yang lembut,penuh kasih sayang........

oia,jempol buat ayahnya devon yang bijaksana dalam menenangkan anaknya:)

March 13, 2012 at 7:05 AM

ayah yg bijak dan lembut :)

ibu dan ayah adalah seorang pendidik, guru. keduanya memang terkenal tegas, tapi bukan dengan membentak maupun memukul. karena menurut ibu, guru punya aturan etika dan moral dalam mendisiplikan anak didiknya.

mungkin guru yg membentak itu punya kebiasaan intonasi berbicara yg agak tinggi, jadi Devon kaget saat mendengar tekanan seperti itu yang tidak biasa ia dengar di rumah.

oh iya, kadang saya suka sedih jika pengecapan guru itu menjadi buruk karena ulah segelintir orang kasar yang hanya bisa mengajar, tapi tidak bisa mendidik. masih banyak guru (yang dulu disebut pahlawan tanpa tanda jasa) sangat inspiratif mendidik & berjuang di pelosok2 menghalau kebodohan :)

March 13, 2012 at 10:28 AM

Aku rasa memang semua orang pada dasarnya menyukai kelembutan, kesopan santunan, dan semacamnya. Tapi secara perlahan, bisa jadi hal itu berubah karena pengaruh lingkungan. Bisa jadi gurunya Devon belajar dari pengalaman terdahulu, bahwa memang sebagian besar anak-anak lebih bisa mematuhi peraturan kalau dikerasi, walaupun motif dari patuh itu sendiri bukan karena manfaat yang akan murid peroleh, melainkan lebih karena takut pada guru dan takut dihukum :D

March 13, 2012 at 12:15 PM

guru sekarang kebanyakan terlihat hanya sebagai tenaga pengajar bukan sebagai pendidik..afwan :)

March 13, 2012 at 5:02 PM

@UchankUchank-Ucank..., ada-ada aja, iya gitu kali ya jadi tenggorokannya udh lancar tanpa halangan... hahahahaha

March 13, 2012 at 5:04 PM

@Phuji Astuty Lipiayah yang bijak..?? msh jauh Uty, hanya mencoba meredam emosi devon, kalo api ketemu api akan membakar apapun

March 13, 2012 at 5:07 PM

@Atma Muthmainnawah seperti naluri seorang wanita memang begitu, ingin sebuah kelembutan...

oia makasih mbak, kalo ikutan emosi kasian devon akan berdampak buruk bagi perkembangan kedepannya

March 13, 2012 at 5:12 PM

@Irma Devi SantikaMaaf Irma, bukan bermaksud menyududkan siapun, tidak semua pendidik begitu, bagaimanapun pendidik adl org yg byk berjasa bagi kita, makanya saya ttp tdk merespon berlebihan dari aduan sang anak, ada pepatah, setitik nila rusak susu sebelanga, saya yakin Ortu Irma termasuk pengajar yang mendidik...

March 13, 2012 at 10:36 PM

sikap galak biasanya akan berdampak buruk. . .
memang banyak faktor yang menyebabkan orangtua bersikap keras terhadap anaknya. . .
sesekali bersikap keras mungkin masih bisa di tolerir, namun jika kegalakan itu hampir setiap hari ditembakkan kepada anaknya, maka jangan berharap kelembutan dan kesantunan budi akan menghiasi kepribadian anak. . .
bukankah Rosululloh menghasung kita untuk bersikap lembut dan kasih sayang? Beliau bersabda :
"Hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang dan hindarilah sikap keras dan keji." (HR. Bukhari)
Beliau juga memberikan peringatan untuk mendidik anak-anak perembpuan dengan baik sebagaimana sabdanya :
"Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan kemudian ia sabar atas (merawat dan mendidik) mereka serta ia memberi makan dan minum dari apa-apa yang ia dapatkan maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka di hari kiamat." (HR. Ahmad)

March 13, 2012 at 11:52 PM

toss dulu dengan Devon, dhe juga tidak begitu suka dengan intonasi yang tinggi kang.. tidak suka dibentak, tidak suka dimarah, tidak suka disudutkan.. hahahha, itu mah semua orang juga tidak mau.. tapi dhe tidak suka dengan intonasi yang tinggi, kalo memang salah, kan bisa dibilang secara lembut dan tidak menyakiti.. semoga Devon bisa segera beradaptasi.. kalo gurunya masih suka marah2, balik marahin aja Dev.. (ups) :D

March 14, 2012 at 8:21 AM

saya juga sepakat dengan tulisan ini :D
dikampus juga kayak gtu, yah mungkin karena saya wanita yang pada dasarnya menginginkan kelembutan, sukanya yang lembut2 dan ga keras, namun terkadang sebenarnya kita juga butuh ketegasan ! bukan kekerasan. betul nggak kak?

yowes, pokoknya Insya ALLAH kak insan, saya dan siapapun sebenarnya nggak setuju dengan yang namanya kekerasan ketika kelembutan itu masi bisa dilakukan :)

saran saya kak, baiknya mata kulia psikologi wajib di terapkan di setiap sekolah, terkhusu untuk kaum pendidik :)

March 14, 2012 at 10:01 AM

iya kenapa harus dengan bentakan apalagi masih dalam masa penyesuaian,jujur saya dalam hal apapun suka dengan cara yang halus,kenapa harus kasar,saya melihat kalau anak dididik dengan kasar juga malah dia tidak nurut tapi jadi seorang pemberontak,memang bentak mungkin maksudnya agar dia menurut sesuai dengan keinginan tapi itu bukan cara yang bagus,halus dan tegas itu yang lebih sesuai,seorang guru sebelumnya pasti sudah belajar tentang psikologi tentang bagaimana cara mendidik muridnya dengan baik,psikologi pendidikan,perkembangan dan sosial dan karakternya harus menjadi contoh yang baik untuk siapapun,share yang bagus brother hehe....

March 14, 2012 at 10:55 AM

@armaeMakasih Rie atas masukannya, kita memang tidak bisa menuntut manusia selalu baik apalagi sempurna, hanya jgn kelemahan diri jadi faktor pembenaran atas kesalahan yg kita perbuat.

nyambung gak ya..??

March 14, 2012 at 11:03 AM

@BlogS of Hariyantoitu bukan guru mungkin Bang, hanya oknum guru yang memanfaatkan profesi

March 14, 2012 at 11:06 AM

@Kaito kiddalhamdulillah komplit nih, memang kalo dikaji lagi makna kasih sayang akan panjang lagi, tapi terimakasih share ilmunya

March 14, 2012 at 11:09 AM

@dhenok habibienih provokatornya muncul... hehehehe....
alhamdulillah skrg devon sdh bisa adabtasi dgn lingkungan

March 14, 2012 at 11:28 AM

@siorangesmemang Awa, konsep dlm Islam selama bisa diselesaikan dgn kelembutan dan musyawarah tdk perlu adanya kekerasan.

tentang ilmu psykology, seharusnya bekal itu sdh diajarkan, dan setahu saya semua disiplin ilmu selalu ada psykologynya...

March 14, 2012 at 12:57 PM

Suara keras itu bisa mengintimidasi lho..saya pernah mengalaminya dan sampai sekarang saya belum bisa menghapus kata-kata itu dari benak saya...

March 14, 2012 at 1:23 PM

waalaykumsalam warahmatullo..
ehm... kadang serba salah juga mas, berkata tegas terkadang dipersepsikan sebagai bentakan atau marah, tapi berkata lembut terkadang sering di sepelekan dan ga didenger. mungkin kenali karakter lawan bicara (bisa murid atau anak). kalo anak itu perasa dan sensitiv, mungkin perkataan dan pembelajaran yang tepat adalah dengan berkata lembut, tapi bagi tipe anak yg ga bisa diajak bicara lembut, berkata tegas dengan tetap menjaga ahlak dan etika berbicara mungkin bisa dijadikan solusi pembelajaran bagi anak tsb

March 14, 2012 at 2:41 PM

mantap sob ..
salam sukses selalu ..:)

March 14, 2012 at 6:56 PM

Aslkm. Slm knal. Saya mungkin adlah salah satu tipe org yang berkarakter sedikit keras (walo sy orang Jawa ASLI). Namun adakalanya sy "merasa" kurang bs efektif kalo hanya mengandalkan kelembutan (ini pengalaman saya ketika menjadi orang yg dituakan di sebuah kontrakan islami). Entah itu krn perasaan sy atw faktor lain shg sy krg bs "lembut" tehdap rekan2 yg sy bina. Sy dlu prnh mencoba dg klmbutan namun hasilnya msh krg memuaskan menurut sy. Shg sy mencoba "untuk sdkt lbh keras" agr mrk sesuai dg jalan2 yg sesuai aturan. sy mencoba dg lebih sedikit keras namun tanpa meninggalkan lima Metode Pendidikan dalam Islam yg tertulis di atas. Apakah itu jg dpt dibenarkan??? Syukron

March 14, 2012 at 10:40 PM

@loveheaven07Sebelumnya salam kenal dulu.
share yang bagus Sister, memang kita tdk boleh ketidak sempurnaan sbg faktor pembenar, ketika seorang yg sdh terjun dlm suatu profesi setidak2nya sdh mempunyai bekal ilmu dlm mengenal medan yg akan diterjuni, karena manusia punya daya tolak dan daya tarik, tentunya seorg pendidik sdh paham banget masalah ini

terimakasih sdh berkunjung

March 14, 2012 at 10:42 PM

@Melihat Dengan Hatiitulah kehidupan Ria, sulit diprediksi, berinteraksi dgn orang lain hrs pinter2 menjaga diri dan menjaga hati...

March 14, 2012 at 10:48 PM

@outbound malangterimakasih sob..
sukses jg buat outbond malang

March 14, 2012 at 10:59 PM

@Fitriantowaalaikumsalam mas Fitrianto, salam kenal juga

mungkin harus kita bedakan antara keras, tegas dan lembut didlm berinteraksi memang akan lebih baik dilakukan dgn kelembutan tp dlm penerapan hukum memang harus keras dan tegas tidak pandang bulu, di dlam penerapan Islam tidak selamanya cara lembut itu baik dan keras itu buruk, harus menlihat kontek permasalahannya dulu, ketika berhadapan dengan org yang melecehkan akidah dan harga diri maka keras dan tegas adlah solusi terbaik, misalkan ketika agama dilecehkan ataupun istri kita dilecehkan orang maka tindakan keras dan tegas hrs diterapkan, akan sangat aneh jika kita hadapi mereka dgn lemah lembut, jadi memag penerapannya sangat kondisional.

makasih mas sdh share disini..

March 15, 2012 at 4:03 AM

Iya, mendidik dengan keteladanan akan lebih kena, aku sepakat itu. Eh Mas, Awardnya sudah kupasang, makasih ya ^^

March 15, 2012 at 5:43 AM

@Insan Robbani
Hm..gitu ya..ternyata hrs dibedakan mana keras, tegas, dan lembut...hehehe saya baru tahu sekarang...^^. Syukron

March 15, 2012 at 8:18 AM

Alhamdulillah.. bagus tulisannya, dulu saya sekolah juga keras bahkan bisa lebih dari yang diceritakan diatas..

pernah suatu ketika kuru sama muridnya berantem dikaelas hanya karena si murid tidak menghormati keberadaan gurunya..

salam kenal ya mas, silhkan mampir Fs-Galery

March 15, 2012 at 9:19 AM

@Insan Robbani Bukan bermaksud bilang jika tulisan ini menyudutkan guru mas. Saya hanya mengkaji banyaknya berita yang memperlihatkan ulah segelintir orang yang merasa sebagai pendidik, semena2 memberikan kekerasan pada anak didiknya. Terlalu naif bila saya harus menutup mata dari itu, tapi bukan berarti harus men-general-kan profesi guru yang telah berubah menjadi "preman", karena banyak juga yang menjadi "pahlawan" :)
Salam u/ Devon, semoga menjadi anak yang sholeh & kuat :)

March 15, 2012 at 9:46 AM

@Rima AuliaMungkin langkah yang baik adalah mengenali karakter dulu, ibarat berperang kita sdh py senjata dan tau medannya, maka yang disampaikan akan tepat sasaran, Insya Alloh Rima sbg pendidik lbh tau mslh ini, itulah konsekwensi yg hrs dihadapi, susah2 gampang ngadepin anak2

March 15, 2012 at 10:04 AM

@Irma Devi Santikaiya Irma, setitik nila rusak susu sebelanga, bagaimanapun harus diperangi oknum guru yang kurang bertanggung jawab atas profesinya, dari pengalaman saya (entah kebetulan atau tidak) sangat berbeda metode, kwalitas dan pelayanan mengajar + pengajar di sekolah swasta dan negeri. tapi mudah2an analisa saya salah.

March 15, 2012 at 10:08 AM

@Fahrie SadahSaya percaya mas Fahrie sdh pengalaman ngadepin dunia anak2..

makasih mas...

March 15, 2012 at 10:11 AM

@Abdul Rahmansyahwah sampai berantem..., kalo bisa sih janganlah, bagaimanapun guru adl orang tua di sekolah, keberadaannya hrs di hormati selayaknya org tua sendiri.

oh iya... salam kenal juga...

March 15, 2012 at 4:03 PM

Sikap Lemah lembut sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak beliau sblm diangkat jadi Rasul, Sikap lembut jangan hanya diterapkan dalam dunia pendidikan formal saja namun dalam segala aspek. Tapi harus diingat juga bahwa sikap keras kadang kala diperlukan, Rasullullah pernah berkata dalam bahwa jika seseorang anak yg sudah baligh jika sdh tidak bisa diberikan peringatan dengan lisan utk mendirikan sholat maka cara selanjutnya dengan memukulnya, Menurut saya lembut itu wajib tapi tidak mutlak, dalam hal syari'at agama kita harus tegas walau itu harus dengan kekerasan, bisa kita ambil contoh dari hukum Qishas, ini menunjukkan bahwa kekerasan itu juga diperlukan. Wallahu 'alam bi Showwab.

March 15, 2012 at 5:24 PM

Beruntung sekali Devon punya ayah yang bijaksana... :)
Memang masih banyak para guru dengan karakter 'keras' seperti itu mas.. Mereka kurang menyadari bahwa sikap santun dalam mendidik para muridnya adalah akan jauuuh lebih baik dan membawa hasil positif dibandingkan dengan menerapkan kekerasan (walau kekerasan verbal) seperti itu.

Dan bener banget itu telaah mas... bahwa mungkin Devon sedikit shock dengan perubahan yang dialaminya... dimana selama ini Devon selalu mendapatkan perlakuan santun lemah lembut dari para pendidiknya, lallu secara tiba-tiba perlakuan di sekolah yang baru justru berbeda jauh...

Mudah-mudahan juga Devon akan mampu beradaptasi, tapi sebaiknya juga diperhatikan mas... jika keluhan Devon tidak hanya sebatas ini... dan masih berlanjut, berarti memang si gurunya yang perlu di 'perhatikan'. :)

kunjungan pertama dan maaf jadi panjang komennya nih... :, salam kenal :)

March 15, 2012 at 5:27 PM

sekalian ijin follow ya mas, thanks

March 15, 2012 at 8:08 PM

@kucob@berbagisetuju sekali, karena Islam itu indah dan kaffah, memandang dgn jeli segala aspek kehidupan ini, ada dua pilar dlm menyikapi segala permasalahan, bisa lentur dlm hal2 yg sifatnya furu' dan Dzani, tapi kokoh dan tegas dlm hal yg ushul dan qoth'i...., itulah indahnya Islam.

terimakasih udh share disini... salam kenal dan salam ukhuwah...

March 15, 2012 at 8:23 PM

@alaika abdullahSebelumnya salam kenal mbak..., semoga betah dilapak ini.

sungguh sangat tersanjung jika saya dibilang ayah yang bijaksana, walau sebenarnya msh jauh dari kata bijaksana, tp terimakasih setidak2nya sebuah harapan dan doa dari mbak yg hrs saya amin-i..
mungkin seperti itu Mbak, dia sedikit kaget dgn situasi yang dihadapi, sayapun sbg ortu jg merasakan ada perbedaan dlm hal interaksi, tp biarlah msg2 org py karakter berbeda, yg penting tdk melakukan kekerasan scr phisik aja.

makasih udh mau share disini..

March 15, 2012 at 8:25 PM

@alaika abdullahterima kasih, akan di follow balik..

March 15, 2012 at 10:57 PM

benar skli. sepertinya makin kesini para pendidik makin merosot. bukan menjudge. ada kesan, guru hanya mengajar, bukan mendidik.

klo jaman sd dulu, sya masih ingat. gurunya pasti ngajar sopan santun. klo ada tamu mesti begini, klo stu org, diantar mpe naek kendaraan, 2 org mpe pintu, 3 org dst.

bagaimana manusia2 skg dak bjat yah, pola pendidikan qt miskin adab.

March 15, 2012 at 11:23 PM

Hm ... kasihan juga ya kalau anak mengalami hal yang tidak biasa ia dapatkan di sekolahnya dulu/di rumah.

Maaf sebelumnya ayahnya Devon. Kalau saya pribadi berpendapat, krn di mana2 di seluruh dunia anak2 akan dihadapkan dengan orang yang karakternya beragam, walaupun gemas dengan situasi seperti itu saya lebih memilih anak saya untuk 'diperkuat imunitasnya' menghadapi mereka, selama itu tidak keterlaluan. Buat saya (maaf kalo gak berkenan), anak2 perlu dilatih kemandirian dan kepemimpinannya dengan menghadapi berbagai situasi, kondisi, dan orang - yang pahit sekalipun. Karena itu akan bagus untuk perkembangan karakternya ke depannya. Sekarang ia mungkin bisa berlindung di balik punggung kita, bisa kita bela dan buai tapi kelak saat kita tak ada, ia harus siap menghadapi kerasnya 'rimba dunia'.

Sy pernah mendengar istilah 'adversity quotient' yang mengacu kepada kecerdasan/kemampuan bertahan hidup. Kira2 mengenai persiapan karakter seseorang dlm menghadapi kerasnya dunia agar tahan banting. Walaupun jatuh ia tak terpuruk, bisa bangkit lagi.

Saya pernah menulis yang kira2 mirip ini tentang Affiq tapi waktu itu pertentangan dengan kawannya. Ada di link ini:

http://mugniarm.blogspot.com/2011/09/anak-saya-dipukul-dengan-sapu-syukurlah.html

Kalau berkenan, monggo mampir ayah Devon .. ^__^

Wah, maaf kepanjangan yah komennya... :)

March 15, 2012 at 11:43 PM

@Insan Robbani

Saya setuju, asalkana tidak ada kekerasan fisik... :)

Menyedihkan memang ya guru bersikap demikian ...

March 15, 2012 at 11:54 PM

@AccilongAchi, kita tdk bisa men-generalkan gitu juga masih banyak yg memang bernaluri seorang pendidik, hanya kadang karena tekanan dari pihak2 tertentu, yang membuat seorang pendidik mulai melupakan filosofi sebagai seorang guru yg layak di gugu dan di tiru (di percaya dan di contoh)

March 16, 2012 at 12:03 AM

@Mugniarshare yang bagus Bunda, memang salah satu solusinya adalah memberikan imun bagi anak agar lebih kuat dalam menghadapi segala situasi, apalagi devon seorang laki2 yg kelak jadi imam bagi keluarganya, persis seperti yang ditulis bunda suatu saat nanti devon semakin dewasa akan semakin menghadapi kerasnya kehidupan, kadang terpikir juga akan hal itu, hanya kadang rasa dilema ini yang membuat kami (terutama bundanya) seolah berada dipersimpangan antara melindungi dan memberikan pembelajaran hidup, tapi alhamdulillah semua bisa teratasi, dan devon berhasil dlm beradaptasi dgn lingkungan baru.

terimakasih sharenya bunda..menambah imun bagi ortu devon juga...

March 22, 2012 at 9:09 AM

keren sob ..
saya suka tulisannya ..:)

Post a Comment

"Setelah dibaca tunjukkan kunjungannya dengan meninggalkan jejak dikolom komentar karena postingannya sopan maka diharap komentarnya juga yang sopan mohon tidak menulis komentar spam dan OOT disini"

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes