Oleh : IdAh CeRis
Cerminan
hidup bahagia atau kebahagiaan dalam hidup biasanya terletak pada harta yang
dimiliki oleh seseorang. Jika harta yang dimiliki banyak maka orang tersebut
bisa dikatakan hidupnya bahagia dan jika harta yang dimiliki sedikit maka orang
tersebut tergolong orang yang kurang bahagia. Ada pepatah yang mengatakan “rumput di halaman rumah tetangga lebih
hijau dari pada di halaman sendiri”. Pepatah itu benar adanya, jika kita
hanya memandang sekejap mata saja, tanpa kita ingin mengetahui dan memahami
bagaimana rumput tetangga bisa hijau seperti itu. Sebagai manusia yang
mempunyai akal, seharusnya kita berfikir. Rumput tetangga bisa lebih hijau dari
pada rumput di halaman sendiri itu pasti
ada beberapa langkah-langkah atau usaha untuk membuat rumput tersebut tetap
terlihat hijau. Kita tidak bisa tahu secara khusus, usaha apa yang di lakukan
oleh tetangga untuk tetap menjaga kesuburan rumputnya.
Manusia
di dalam hidupnya di dunia ini selalu mecari kebahagiaan dan mencari kepuasan
bagi berbagai keperluan hidupnya, tapi ada yang hanya mengharapkan kebahagiaan
hidup di dunia saja dan ada juga
yang mengharapkan kebahagian hidup di
dunia dan di akhirat. Termasuk kelompok yang pertama ialah orang-orang yang
menganut ide-ide keduniaan semata-mata dan termasuk kepada kolompok ke dua
ialah manusia yang menganut ajaran islam. Mudah-mudahan kita semua tergolong
kelompok yang ke dua, sebagai insan yang beriman dan bertaqwa. Aamiin.
gambar dari sini |
Di
dalam Islam pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat tidak
dipisahkan satu sama lain, karena segala usaha di dunia harus di dasarkan
kepada mardhotillah. Mardhotillah bisa diartikan segala pertimbangan tentang tujuan
hidup seorang muslim yang sesuai dengan jalan Allah. Apakah yang kita lakukan
dan apa yang kita gapai itu sesuatu yang disukai atau diridhai Allah SWT atau
tidak. Untuk mencapai mardhotillah
memang membutuhkan suatu tekad dan niat yang tersetruktur.
Tolak ukur pertama untuk mencapai mardhotillah adalah menjalankan aturan yang
ditetapkan oleh agama. Sesuatu yang diharamkan atau dilarang oleh Allah pasti
tidak diridhai dan bila kita melakukannya kita akan mendapat dosa. Sebaliknya,
jika sesuatu yang halal atau diperintahkan agama pasti diridhai Allah dan jika
kita mengerjakannya kita akan mendapat pahala. Selain tolak ukur diatas, yang
menjadi tolak ukur selanjutnya adalah nilai-nilai akhlak yang akan menjadi kesempurnaan,
misalnya memberi kepada orang yang meminta, saling membantu. Usaha-usaha di
dunia harus terarah menuju kebahagiaan di akhirat yang kekal dan abadi.
Setelah mengetahui
tolak ukur untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dengan mardhotillah, manusia perlu berusaha dan
bekerja untuk memenuhi kubutuhan hidupnya. Didalam memenuhi kebutuhan manusia
di dunia, Allah telah menyediakan bumi, langit dan segala yang ada di dalamnya
untuk manusia seluruhnya. Firman Allah dalam Al-Qur’an, Surah Al-Jatsiyah Ayat
13:
وَ سَخَّرَ لَكُمْ ما فِي السَّماواتِ وَما فِي
الْأَرْضِ جَميعاً مِنْهُ إِنَّ في ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: Dan
Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
Manusia mempunyai
kesempatan yang sama untuk mencapai kebahagiaan untuk mencapai tingkat hidup
yang makmur dan sejahtera, meskipun kemudian karena berbagai macam faktor
manusia menjadi berbeda di dalam kenyataanya, ada yang kaya dan ada yang
miskin. Oleh karena itu, yang kaya jangan lupa daratan, supaya harta jangan
berputar di antara orang-orang kaya saja. Atas kenyataan ini Al-Qur’an
memperingatkan kepada makhluknya dalam Surah Al-Hasyr Ayat 7:
ما أَفاءَ اللهُ عَلى
رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرى فَلِلَّهِ وَ لِلرَّسُولِ وَ لِذِي الْقُرْبى وَ
الْيَتامى وَ الْمَساكينِ وَ ابْنِ السَّبيلِ كَيْ لا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ
الْأَغْنِياءِ مِنْكُمْ وَما آتاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَما نَهاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا وَ اتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَديدُ الْعِقابِ
Artinya: Setiap harta rampasan
(fay’) yang diberikan Allah kepada rasul-Nya yang berasal dari penduduk
kota-kota itu adalah untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, dan orang-orang yang berada perjalanan, supaya harta itu jangan
hanya beredar di antara orang-orang kaya di antara kamu saja. Apa yang
diberikan rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras
hukuman-Nya.
Kita sebagai manusia harus sadar
bahwa harta kekayaan yang dimilikinya adalah rejeki dari Allah. Rejeki yang
halal akan membawa berkah dan kebahagiaan dalam hidup. Semangat untuk mencari
rejeki dengan ridha Allah sudah barang tentu hanya dimiliki orang-orang yang
beriman, sedangkan bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan, tidak mengenal agama,
maka boleh jadi pandangan hidupnya dan prilakunya sesat, tetapi mungkin juga
pandangan hidupnya mendekati pandangan hidup orang yang minus beragama, karena
toh setiap manusia memiliki akal yang bisa berfikir secara logis dan hati yang
di dalamnya ada nilai kebaikan.
Kontributor:
Author: Langkah Catatanku
12 comments
Mardhotillah...berpikir, berusaha dan memutuskan dengan pertimbangan semata-mata mencapai Ridhlo Allah SWT. Kadang [eh sering ding ], karena target kita 'khilaf' menempatkan mardhotillah dalam sikap, laku, lampah dan pikir..
Semoga hidayahNYA menyertai kita selalu:)
Belum terbiasa menggunakan kata mardhotillah, jadi lebih paham apa maknanya.
Pembahasan soal rumput itu mengingatkan pada sifat qana'ah yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang Islam.
Nice posting Idah... Daleeemm....
aq kok jadi gmn gitu ya?
dari tadi mbaca blog kok isinya ginian trus.
jadi inget dosa2 kemarin..
Sebelum saya membuka info tentang artikel ini di Warung Blogger, saya bertanya tanya, mardhotillah itu apa, maklum sebagai seorang muslim saya merasa kurang mengerti terhadap ilmu agama secara spesifik
Setelah saya membaca artikel ini, akhirnya saya juga bisa menerka apa maksud dari kata kata tersebut
Semoga artikel ini bisa bermanfaat...
Alhamdulillaah. .
Om Insan berkenan dengan tulisan Idah. :)
Mardhotilllah saya dapat dari Bapak saya, waktu selesai buka puasa tiba2 televisi dimatikan dan Bapak bercerita tentang rejeki. :)
@Ririe Khayanwah komentarnya seperti sangat mengerti tentang Mardhotillah
@nikenSetuju Bunda, sangat dalem, kajian Idah Ceris kali ini
@rivaiOrang yang baik akan selalu mengingat2 dosa2nya
@BollAlhamdulillah bila bisa mendapat jawabannya
@idahcerisIni Tulisan bagus banget Idah dan sangat bermanfaat, khususnya utk saya sendiri
saya baru dengar lo istilah Mardhotillah ini
terima kasih untuk pencerahannya
Sebagai seorang muslim selayaknya mengetahui apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh Allah Swt dan kemudian mematuhinya.
Muslim boleh kaya asal dengan kekayaannya itu dia diharapkan bisa meningkatkan kualitas ibadahnya. Namun untuk memperoleh kekayaannya itu harus melalui jalan yang dihalalkan.
Terima kasih pencerahannya.
Salam hangat dari Surabaya
Post a Comment
"Setelah dibaca tunjukkan kunjungannya dengan meninggalkan jejak dikolom komentar karena postingannya sopan maka diharap komentarnya juga yang sopan mohon tidak menulis komentar spam dan OOT disini"