Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirahmanirahim
Untuk
kedua kalinya aku dapat undangan dari teman untuk mendatangi sebuah
majelis ta'lim, dari sebuah kelompok yang mengatas namakan tauhid,
rasanya malas untuk datang, karena menurut pandanganku pribadi banyak
hal yang tidak sesuai dengan kaidah dan pemikiranku. Ditengah-tengah
kebimbangan aku mendatangi sahabatku yang juga seorang ustadz,
kuceritakan tentang undangan berikut kesan-kesanku ketika pertama kali
datang dimajelis sebulan yang lalu. Aku berharap mendapat pembelaan dari
ustadz tersebut, ternyata justru sebaliknya aku malah di sarankan untuk
mendatanginya, aku sendiri bingung kenapa malah disarankan datang.
Ustadz tidak memberikan alasan jelas hanya berpesan untuk menyimak
baik-baik apa yang disampaikan di majelis tersebut serta mengatakan ada saatnya mencari pertanyaan ada pula saatnya mencari jawaban.
Maka
dengan segera aku menuju tempat pengajian. Dua jam penuh
kuperhatikan apa yang disampaikan guru di majelis itu. Kucatat apa yang
sekiranya menjadi pertanyaan yang mengganjal di benakku. Sepulang dari
pengajian kusempatkan mampir kerumah ustadz, menceritakan apa yang
kudengar dan kucatat, ustads hanya tersenyum. Entah apa arti senyumnya,
dia hanya berkata, coba dikaji apa yang sudah didapatkan malam ini, cari
benang merahnya apa yang mengganjal dihatimu dan Ustadz berjanji besok
akan datang kerumah untuk mendiskusikan, mendengar itu maka akupun
bergegas pamit pulang.
Sesampai
dirumah kucari buku-buku referensi tentang bahasan di majelis ta'lim
tadi, aku kumpulkan data-data dari berbagai ulama yang punya
kredibilitas dibidang disiplin ilmu itu, kucatat, kurangkum
referensi-referensi tersebut dengan harapan bisa jadi bahan diskusi
dengan sang ustadz, makin lama makin terasa asyik dalam pencarian, dan
suatu kebahagiaan bila bisa memecahkan suatu permasalahan dan mencari
titik temunya
pict take here |
Ba'da
Isya' sang ustadz sudah datang silaturahmi kerumah, setelah sedikit
cerita-cerita, dia menanyakan tentang hasil kajianku, aku mencoba memberikan
argumentasi berdasarkan pendapat ulama golongan A, golongan B, C, D dan
sebagainya dan terakhir memberi kesimpulan tentang permasalahan
tersebut, hehehe... serasa membuat suatu makalah dalam skripsi aja. Setelah selesai menjabarkan balik menanyakan pendapat dari sang ustadz. Tapi lagi-lagi dia hanya tersenyum, yang bikin aku makin penasaran.
Ustadz menyeruput kopi di cangkir yang kuhidangkan kemudian menarik nafas dalam-dalam, tak seberapa lama dia membuka suara. begitulah cara belajar agama Islam, bukan hanya sekedar dibaca, tapi dikaji dan diamalkan, berusahalah belajar dengan beberapa referensi yang berbeda, maka akan kau temukan benang merah dan titik temunya, jangan memutuskan sesuatu apabila belum tahu data-data yang jelas.
Ciri-ciri umat wasathon atau moderat selalu menganalisa sesuatu dari berbagai sudut pandang, memang terasa cukup melelahkan tapi hasilnya akan jauh lebih bagus. Ustad ibnu berhenti sejenak untuk menghela nafas, aku mendengarkan dengan seksama seakan tidak ingin satu kalimatpun yang terlewatkan, dia memang sangat piawai dalam mengurai suatu permasalahan, dia juga sangat mumpuni dalam ilmu tafsir, hadist, fiqh, filsafat, mantiq, ilmu hikmah dan sebagainya,
Tak lama ustadz mengambil kertas kemudian menggulungnya dan memberikannya kepadaku seraya berkata, coba lihat dunia dari gulungan kertas ini, apa yang kau lihat? hanya sebagian kecil, hanya sebatas yang tampak dari gulunan kertas itu, tapi coba buka mata lebar-lebar maka akan tampak lebih jelas dan lebih luas yang ada dalam pandangan kita. Artinya jangan melihat Islam itu hanya sebatas yang ada dalam pikiran sendiri, tapi buka cakrawala seluas-luasnya bahwa Islam itu tidak sesempit pemikiran kita,
Islam sangat luas bahkan melebihi luasnya langit dan bumi, maka dari itu jangan mengungkung diri kita dengan sebatas satu kelompok dan satu uyunan, tapi berbaurlah dengan kelompok yang lebih luas, maka akan lebih banyak ilmu yang akan kau dapati. Kita jangan memposisikan diri seperti seorang buta yang mendifinisikan bentuk gajah hanya sebatas yang di sentuhnya kemudian bersikukuh bahwa yang dia sentuh adalah yang paling benar, tapi posisikan diri kita sebagai orang yang mempunyai pandangan yang luas yang bisa melihat bentuk gajah seutuhnya agar bisa mendefinisikan bentuk gajah dengan tepat dan akurat serta bisa dipertanggungjawabkan. Aku manggut-manggut sangat menikmati tauziahnya.
Dia tampak sangat serius wajahnya, akupun tidak kalah serius mendengarkannya, banyak dikalangan umat islam yang masih bersifat sektarian, masih taklid dengan kelompoknya sendiri dan mengaku hanya kelompoknya yang paling benar, tanpa mau menerima masukan dari orang lain, tanpa mau membuka diri untuk disiplin ilmu yang lain padahal siapapun tidak ada jaminan ma'sum kecuali Rasulullah. Fenomena yang sering terjadi dalam lingkungan umat islam adalah saling melecehkan dan saling merendahkan, yang ahli syariat mengatakan bid'ah pada yang belajar hakikat, yang belajar hakikat merasa dirinya lebih tinggi maqomnya dari yang belajar syariat.
Padahal jika diruntut dari sejarahnya, Rasulullah tidak pernah membedakan suatu ilmu berdasarkan syariat dan hakekat, yang ada hanya Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnahnya, lantas kenapa harus diributkan, dan untuk apa diributkan karena apa yang diwahyukan Allah dan yang disampaikan Rasulullah semuanya mencakup ilmu syariat dan hakikat, bukan untuk diperselisihkan tapi untuk di sinergikan, itulah letak kesalahan fatal umat Islam sekarang, sehingga sangat rentan di obrak-abrik akidahnya dan sangat rentan untuk dipecah belah oleh pembenci umat Islam.
Ustadz menyeruput kopi di cangkir yang kuhidangkan kemudian menarik nafas dalam-dalam, tak seberapa lama dia membuka suara. begitulah cara belajar agama Islam, bukan hanya sekedar dibaca, tapi dikaji dan diamalkan, berusahalah belajar dengan beberapa referensi yang berbeda, maka akan kau temukan benang merah dan titik temunya, jangan memutuskan sesuatu apabila belum tahu data-data yang jelas.
Ciri-ciri umat wasathon atau moderat selalu menganalisa sesuatu dari berbagai sudut pandang, memang terasa cukup melelahkan tapi hasilnya akan jauh lebih bagus. Ustad ibnu berhenti sejenak untuk menghela nafas, aku mendengarkan dengan seksama seakan tidak ingin satu kalimatpun yang terlewatkan, dia memang sangat piawai dalam mengurai suatu permasalahan, dia juga sangat mumpuni dalam ilmu tafsir, hadist, fiqh, filsafat, mantiq, ilmu hikmah dan sebagainya,
Tak lama ustadz mengambil kertas kemudian menggulungnya dan memberikannya kepadaku seraya berkata, coba lihat dunia dari gulungan kertas ini, apa yang kau lihat? hanya sebagian kecil, hanya sebatas yang tampak dari gulunan kertas itu, tapi coba buka mata lebar-lebar maka akan tampak lebih jelas dan lebih luas yang ada dalam pandangan kita. Artinya jangan melihat Islam itu hanya sebatas yang ada dalam pikiran sendiri, tapi buka cakrawala seluas-luasnya bahwa Islam itu tidak sesempit pemikiran kita,
Islam sangat luas bahkan melebihi luasnya langit dan bumi, maka dari itu jangan mengungkung diri kita dengan sebatas satu kelompok dan satu uyunan, tapi berbaurlah dengan kelompok yang lebih luas, maka akan lebih banyak ilmu yang akan kau dapati. Kita jangan memposisikan diri seperti seorang buta yang mendifinisikan bentuk gajah hanya sebatas yang di sentuhnya kemudian bersikukuh bahwa yang dia sentuh adalah yang paling benar, tapi posisikan diri kita sebagai orang yang mempunyai pandangan yang luas yang bisa melihat bentuk gajah seutuhnya agar bisa mendefinisikan bentuk gajah dengan tepat dan akurat serta bisa dipertanggungjawabkan. Aku manggut-manggut sangat menikmati tauziahnya.
Dia tampak sangat serius wajahnya, akupun tidak kalah serius mendengarkannya, banyak dikalangan umat islam yang masih bersifat sektarian, masih taklid dengan kelompoknya sendiri dan mengaku hanya kelompoknya yang paling benar, tanpa mau menerima masukan dari orang lain, tanpa mau membuka diri untuk disiplin ilmu yang lain padahal siapapun tidak ada jaminan ma'sum kecuali Rasulullah. Fenomena yang sering terjadi dalam lingkungan umat islam adalah saling melecehkan dan saling merendahkan, yang ahli syariat mengatakan bid'ah pada yang belajar hakikat, yang belajar hakikat merasa dirinya lebih tinggi maqomnya dari yang belajar syariat.
Padahal jika diruntut dari sejarahnya, Rasulullah tidak pernah membedakan suatu ilmu berdasarkan syariat dan hakekat, yang ada hanya Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnahnya, lantas kenapa harus diributkan, dan untuk apa diributkan karena apa yang diwahyukan Allah dan yang disampaikan Rasulullah semuanya mencakup ilmu syariat dan hakikat, bukan untuk diperselisihkan tapi untuk di sinergikan, itulah letak kesalahan fatal umat Islam sekarang, sehingga sangat rentan di obrak-abrik akidahnya dan sangat rentan untuk dipecah belah oleh pembenci umat Islam.
“Orang mukmin dengan mukmin yang lainnya laksana bangunan yang tersusun rapi, antara satu dengan yang lainnya saling memperkuat”. (HR. Muslim)
Seperti
itulah kehidupan seorang muslim diibaratkan seperti bangunan,
gentingnya berfungsi untuk melindungi dari panas dan hujan, pilarnya
berfungsi untuk menyangga keberadaan atap dan genting agar tidak roboh,
pondasi berfungsi untuk menguatkan bangunan, pintu dan pagar berfungsi
untuk menjaga keamanan sehingga orang bisa merasa aman didalamnya, bisa
merasa nyaman dalam beribadah, beristirahat. Jika
sesama muslim bisa saling bersinergi dan saling menyayangi maka insya
Allah kekuatan angin dan badaipun tidak mampu meluruhkannya.
"Perumpamaan orang mukmin dalam cinta mencintai, kasih mengasihi dan sayang menyayangi adalah laksana satu tubuh, jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit demam" (HR. Muslim)
Diantara wasiat Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam kepada
Abu Barzah ketika ia berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah,
ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dengannya Allah memberi manfaat
kepadaku.’ Beliau bersabda:
"Lihatlah sesuatu yang menyakiti manusia, maka singkirkanlah dari jalan mereka." (HR Ahmad)
Seharusnya
umat muslim ini belajar dari filosofi pohon kelapa, memberi manfaat
dari daun, buah hingga akarnya, tidak menyisakan sedikitpun yang
sia-sia, dan jangan juga membuat kerusakan dalam ucapan ataupun
tindakan, karena Allah itu Maha baik dan Maha indah yang menyukai kebaikan dan
keindahan pula. Jika tidak mampu berucap kebaikan akan lebih baik diam atau
tidak membuat kerusakan yang berakibat merugikan orang lain.
Tak Terasa waktu terus berjalan jam dindingpun berdentang sebelas kali, sebelum Ustadz pamit pulang sempat aku tanyakan arti "ada saatnya mencari pertanyaan dan ada saatnya mencari jawaban", lagi-lagi dengan tersenyum ustadz menjawab pertanyaanku. Seorang muslim pikirannya harus hidup dan dinamis selalu mencari bahan kajian untuk menambah wawasan keilmuannya, untuk membahas suatu kajian biasanya butuh sebuah topik permasalahan, dan permasalahan akan timbul ketika kita berada di sebuah kelompok yang menurut kita berseberangan, dari situlah akan muncul banyak pertanyaan dalam diri, setelah ada pertanyaan otomatis akan berusaha mencari jawabannya. Dan jawaban itu bisa didapat dengan cara membaca, bertanya, diskusi dan lain-lain, insya Allah akan mendapat jawabannya. Alhamdulillah sebuah masukan yang sangat berharga bagi diriku
Ya Allah Ya Robb... Maha suci Engkau.
lagi-lagi
Engkau menunjukkan kebesaran-Mu dengan memberiku kemudahan dan
pemahaman akan pentingnya makna belajar dan mengkaji ilmu agama-Mu,
melalui perantara sang Ustadz.
Subhanallah Walhamdulillah Wala Ilaha Illallahu Wallahu Akbar
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
63 comments
Alhamdulillah nemu teman diskusi yang pas ya mas..
tapi kebanyakan diskusi keislaman saat ini
banyak yg berakhir dengan debat kusir..
masing-masing merasa paling benar..
apalagi dengan budaya membaca yang sangat kurang,
kadang satu ayat dan hadits dipelintir2 sesuka hati mereka..
Nice Share..:)
sudah lama saya tidak ikut pengajian seperti ini mas, sudah lama juga tidak berdiskusi masalah agama.. hmm, merindukan saat-saat itu.. postingan yang bagus mas, mari kita belajar seperti pohon kelapa.. :)
@dhenok habibienah lho, kok mas yaa?? harusnya kan kang.. hahahaha *sorry khilaf* :D
assalamu‘alaykum kang insan..
subhanallah..
begitulah belajar islam.. memandang dari sudut pandang..
alhamdulillah bisa membaca postingan ini. Dengan membaca, ana juga ikut berfikir.. berfikir melalui pengalaman kang insan :)
Artikel nya lengkap banget...
aku setuju dgn kamu mas "islam sangat luas bahkan melebihi luasnya langit dan bumi"
saya punya hadiah nih buat sobat,,silahkan cek aja..!!!
klo boleh tau masalah apa yg antum & ust. Ibnu kaji..??? bagi2 dunk ilmu.. :),
sedikit menambahkan bhwa penyakit taklid buta atau fanatisme gologan itu sangat halus..,saking halusx terkadang kita tdk sadar bahwa kita telah terserang penyakit tersebut..
terkadang kita ngaku2 tdk taklid, ngaku2 tdk berat sebelah, ngaku2 berusaha tuk mengambil sikap tengah.., tp dlm kenyataanx..?? *tanda tanya besar... :)
dalam hal berbeda pendapat dengan pembenaran masing masing setidaknya disitu akan dipertemukan dengan sebuah ilmu baru yang mana kita menjadi tahu mana baik menurut Al quran mana yang tidak..
yah,, terkadang semangat mengkaji itu datang ketika ada pertanyaan yang mengusik pikiran kita, untuk itu jangan sampai meremehkan seseorang yang bertanya. bisa jadi dia tidak tau, bisa jadi dia menguji, pun bisa dia mencoba memberikan pemahaman dan memaksa semangat untuk bangkit dan mengkaji sesuatu.. taqlid buta itu tidak baik, mengambil pendapat tanpa dasar pun tidak baik.. untuk itu mari mengkaji.. :) share yang sangat bermanfaat...
@Anis NisaAlhamdulillah Anis, tdk banyak orang yang berpikir moderat, mau menerima pendapat org lain, salah satu ulama besar mengatakan bisa jadi apa yang saya sampaikan benar bisa jadi salah, karena tidak ada yg dijamin dari kesalahan kecuali Rasulullah
@dhenok habibieAyo dong mendatangi majelia ta'lim itu jg perlu loh, bisa nambah wawasan. benrer sekali pohon kurma dan kelapa tidak menyisakan sedikitpun yg tdk bermanfaat
@dhenok habibie mas atau kang boleh aja, asal jangan adik... jadi berasa imuts... hahahaha
@Gulunganpitawa'alaikumsalam, Fita salah satu ciri2 umat washaton selalu berpikir dari situasi apapun, baik dari pengalaman pribadi atau dari orang lain, karena berpikir menghindarkan dari kepikunan
@Martapura CyberMakasih, semoga tdk kapok datang kesini... salam
@Aullymakasih mas/mbak Aully sudah mau berkunjung
oh iya makasih untuk awardnya, insya Allah segera dipajang
@Lentera Langithmmm...suatu saat jika ada diberi kesempatan di tuangkan dlm tulisan aja, bahan kajiannya
masalah taklid itu boleh aja bahkan di haruskan jika memang masih harus taklid, seperti anak2, mu'allaf dsb, krn jika mereka diberi kebebasan menentukan sendiri maka akan berdampak buruk, yang jelas tdk di bolehkan adalah taklid buta pd seseorang, tp justru yg amat bahaya adalah taklid buta thd diri sendiri, akan berdampak egoisme dan menuhankan dirinya
@Yayack FaqihYups setuju, jika kita mau membuka diri, akan kita sadari masih banyak yg belum kita ketahui, tapi tetaplah Al Qur'an dan Assunnah sebagai rujukan dasar
@Andro Bhaskarawah very-very setuju Andro, setiap pertanyaan sekecil apapun akan bermanfaaat bagi orang lain khususnya diri kita, disamping ada catatan amal, ada juga semangat mengkaji seperti yg kau sampaikan., makasih Ndro.
Subhanallah Ustad nya open minded banget, tidak langsung menjudge pendapat yang bertentangan..
Allahu jamil wa yuhibbul jamal :)
Assalamualaikum kang insan, salam kenal ya.
Imajinasiku dimanjakan ketika membaca artikel akhi, maha besar Allah yang telah mempertemukan aku dengan tulisan ini. Banyak pelajaran yang ku raih, terutam cara memandang islam. Islam itu luas, kalau kita memandangnya secara terperinci. Aku paling suka ketika membaca kalimat ini "...Tak lama ustadz mengambil kertas dan menggulungnya kemudian memberikannya kepadaku seraya berkata, coba lihat dunia dari gulungan kertas ini, apa yang kau lihat? hanya sebagian kecil, hanya sebatas yang tampak dari gulunan kertas itu, tapi coba buka mata lebar-lebar maka akan tampak lebih jelas dan lebih luas yang ada dalam pandangan kita." Intinya jangan melihat islam dari apa yang dilihat dan didengar saja, coba di tela'ah lebih lanjut dengan pikiran, mata hati, dan rasa. Maka kita akan mengetahui bahwa islam itu benar-benar indah.
Rasulullah berkata "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman lagi mau berpikir."
Izin 'bookmark' blognya ya kang! Jarang saya menemukan blogger yang seperti ini, mengukir cerita secara islami.
Salam ukhuwah!
posting yang menarik dan menggugah kang, ingin rasanya suatu saat jadi bagian dari diskusi kang insan dan pak ustad...
@NFAlhamdulillah, seharusnya memang demikian seorg Ustadz, tdk langsung menjudge sebelum tahu duduk permasalahannya
Makasih kunjungannya
subhanallah... :D
@Ichsan AfriadiSalam kenal juga, terimakasih sudah menyempatkan unntuk berkunjung disini.
Alhamdulillah, jika blog ini bisa memberi manfaat bagi orang lain, harapan saya blog ini memberikan nuansa yang berbeda, yang berisi berupa nasehat, terutama nasehat untuk diri sendiri, berusaaha memberikan suasana yg damai dgn cntent yg berimbang.
makasih adikku Ichsan.., silahkan di bookmark, semoga ada manfaatnya
@MUHAMMAD RIDWANinsya Allah kang Ridwan, suatu saat, akan menjadi bagian dari diskusi itu.
@siorangesSubhanallah Walhamdulillah Wala Ilaha Illallahu Wallahu Akbar
belajar memandang sesuatu juga dari sudut pandang lain akan semakin emnguatkan jika islam itu syamil dan mutakamil
Memang sepertinya saat ini bnyk fenomena seprti itu mas, menganggap dia dan golongannya yg paling benar dan mengkafirkan org lain akibat pemahaman yg sempit ttg islam itu sendiri ..smg mrk yg baca tulisan ini bs terbuka hati dan pikirannya..nice share mas
@Rima Auliayups setuju, agar makin memperkaya kasanah keilmuan
@Seagatehahaha betul mas, tp terkadang memang dikondisikan seperti itu, umat islam digiring kearah perpecahan, agar mudah dikendalikan, semoga saudara2 kita menyadari akan hal itu dan lebih mengutamakan persaudaraan semuslim ketimbang saling melecehkan bahkan saling mengkafirkan, mari kita jaga ukhuwah mas
curhat dikit ah:
dulu sebelum kliah di kampus kemarin, sya sempat kuliah 2 semester di unhas. tau diri pengetahuan agamanya dak maksimal akhirnya lumayan rajin ikut kajian/ pengajian2. hanya saja, saya termsuk org yg tidak pernah bisa stag di satu kelompok (aliran). pandangan sya, mendapatkan info/ kajian dari kelompok2 islam yg berbeda bisa lebih meluaskan pemahaman ttg islam. bagus di saya nya, tp ternyata klpok2 yg sya ikuti malah makin gencar mengajak saya gabung di klpoknya masing2. sy jdi berpkir, ini sebenarnya syiar ato apa?? koq, getol bener ngajkin gabung, bawaannya jd ngeri sendiri. ujung2nya kabur dan dak aktif lagi. paraahh. ckckckkkk..
coba nemu murabbi kayak ustadz yg di postingan, pasti org jenis saya akan terselamatkan. hehheheh
@Anis Nisa Mas Insan, aku komentarnya sama banget ama Anis deh, serius. Aku mau bilang itu eh udah di komenin. Ya, perdebatan itu selalu ada karena ego masing2. Aku ikut kesurganya aja Mas. Hehe. Mas Insan, siapkan tiket Garuda buat aku ke SBY haha...
Ustadz yang bijak. Sekarang banyak terjadi pengkotak2an. Sesama muslim saja saling hujat. Saling mengatai kafir. Astaghfirullah. Banyak yg lupa kalo Islam itu tddk sesempit pikirannya, juga tidak sesulit yang mereka kesankan ttg Islam .........
@Qefyyah gitulah kang, budaya taklid masih melekat kuat di kalangan umat muslim, yg dipandang bukan kebenarannya tp figur yg ditokohkan.
@Accilongseharusnya demikian, jangan pernah mengungkung diri pada suatu kelompok.
saya juga pernah mengalami hal serupa dgnmu Achi, ada semacam kebngungan pada awal2nya, ini syiar kaya rebutan order, tp dasarnya saya orgnya ga mau terikat dgn satu kelompok ya di bikin enjoy aja, dimana kaki pengen berpijak diikutin aja.
@MugniarAlhamdulillah Bunda Niar, saya slalu di pertemukan dengan orang2 yang bijak dlm menyikapi Islam, jadi makin betah...
Subhanallah, benar-benar menginspirasi apa yang Anda tuliskan disini. Semoga bisa memberi manfaat secara universal. Tidak hanya bagi umat Islam seperti kita. Amin :)
Selalu berusaha untuk meluaskan pandangan, itu poin utama yang aku dapat dari tulisan ini.
Cuma kadang kalo kita sudah mendapatkan jawaban dari satu permasalahan, pencarian jawaban itu akan terhenti sampai disitu saja. Padahal masih ada kemungkinan jika kita mencari lagi, akan menemukan jawaban lain yang berbeda, yang pastinya akan lebih bisa meluaskan pandangan kita terhadap masalah tersebut..
ya islam memang sangat luas mass.. pemahaman islam pun tidak hanya mengukir nama.. tetapi dengan islam pelajaran apapun terdapat disana...
@SajakrerinduAmin.., alhamdulillah bila ada manfaatnya, apalagi secara universal.
terimakasih banget atas kunjungannya
@armaebetul Rie, didalam Islam ada dua pilar, satu pilar yang kokoh tdk boleh di utak-atik lagi yaitu yg berhubungan dgn hal2 yg Qoth'i juga yg ushul, contoh seperti masalah akidah, rukun Islam, rukun Iman dll, dan ada pilar yag lentur atau hal2 yg sifatnya dzani ataupun yg furu', disitu islam memberi ruang untuk terjadinya perbedaan, biasanya yg berkenaan masalah2 muamalah, yang disebut dgn masalah2 khilafiyah, maka disini Islam memberikan kesempatan umatnya utk ber it'jihad.
@zhi cun leeSetuju banget, hanya kadang umatnya sendiri yang mempersempit ruang lingkup Islam
mantap kata2x sob.., terlihat bijak banget.., tp smg bs dipraktekkan dlm kehidupan sehari.., Aamiin..
btw.., gmn carax naruh form komentar diatas para komentator.., dr kemarin aq nyoba2 tp gk bisa2.., terima kasih :)
@Rohis Facebookterimakasih, semoga ya
oh iya, saya belajar dari kang Taufik, ngikutin di artikelnya
@Insan Robbani sama2.. ijin taruh link media robbani di blog saya ya
@Insan Robbani
Alhamdulillah kalo begitu, ayahnya Devon. Saya seringkali ngeri lho kalau saudara2 yang muallaf mendapatkan ustadz/kelompok yang tidak arif. Saya baru membaca komennya Accilong, terus terang saya akan bersikap seperti itu juga :)
Saya sekarang bersama suami, lebih memilih independen,tidak masuk ke dalam kelompok mana pun. Kami mengambil yang baik dari siapa pun yang mengatakan itu, tak peduli alirannya.
Namun kami punya batasannya. Kebetulan suami saya basicnya di Muhammadiyah. Ia dan saya, dulu pernah ikut2 kajian juga. Jadi kami punya batasan sendiri yang insya Allah - mudah2an tidak sampai tergelincir kepada kesalahan.
@Insan Robbani
Maksudna .. dulu kami ikut pengajian di kelompok2 lain juga.
saya mencari pertanyaan saat ini mngkin yg drsa sanggup menjawab.
Saya dulu tersesat Lho hehhe.. sampai saya memikirkan kenapa ada yg spsti ini hingga detik ini ingin sekali meluruskan mereka yg mash berpikiran inilah yg benar. Pdahal ISLAM ITu luas.
saya sndiri pernah masuk glngan yag bernamakan bukan golongan, bhakan kdang untuk sholat berjamaahpun merasa mengatakan spti ini :
#yang jadi imam juga belum tentu anggota kita kan?
#trs ada lagi, belinya di warga / saudara kita aja. kan rezekinya untuk dia.
seakan2 terlalu sempit dunia hanya "dia"yg benar. Astaghfirullah untungnya Alloh beri aku kekuatan untuk keluar dari situ.
Teman sobat ku,,jgn lupa Mampir dan saya punya PR sekaligus Info yang harus sobat simak,,,
kunjungan baliknya di tunggu...!!!!
@Annur EL- Kareembanyak kelompok2 seperti itu, mengatas namakan agama untuk kepentingan kelompok tertentu. makanya kita perlu hati2, semakin byk akidah2 aneh yg bertebaran di bumi ini.
heem setelah baca, jadi ingat dengan diri sendiri. Mungkin pemikiranku terlalu kaku dan tidak seperti masnya yg mau mengkaji. Seakan mls sekali untuk melakukan sesuatu yang menurutku tidak seperti itu. hanya bisa mengiyakan dan mendengarkan tapi tidak mengamalkan sesuatu yang tidak sesuai dengan pemikiranku.
yah semoga bisa dimengerti koment ku yg aku sendiri kurang bisa menjelaskan maksudnya.
Sharing pengalaman yang bermanfaat. terima kasih
Postingan bagus yang terlewatkan untuk membacanya. Seringkali terjadi, dua pihak salign bersikukuh dengan pendapat dan pandangannya yang sebenarnya terjadi lantaran sempitnya wawasan dan pemahaman mereka akan hal yang diperdebatkan.
Terima kasih share yang mencerahkan ini.
belum pernah sama sekali menghadiri majelis taklim spt di atas kecuali di tipi,,,mgkn rasanya beda kalo benar2 menghadiri ya mas.
Tapi Alhamdulillah mempunyai teman2 yg hampir bisa menjawab semua kegelisahan dan kekurang tauan soal agama, bagi saya itu aja sdh cukup,,,,jika memang dirasa masuk akal dan sedikit ilmu yg saya punya, pendapat or jawaban teman2 Insya Allah selalu benar .
wah, bisa jadi referensi nih. thanks share nya, mas. :)
Jika umat kebingungan selayaknya kembali ke sumbernya yaitu AlQuran dan Hadits.
Dilapangan masih sering terjadi gontok-gontokan antara sesama muslim. Jargon " Perbedaan adalah rahmad" hanya berlaku dikalangan elit. Tapi di kalangan bawah menyelesaikan perbedaan dengan berkelahi dan caci maki. Yang satu mengklaim ahli sorga, yang lain dituduh calon penghuni neraka. Yang satu mengayunkan pentungan sambil berteriak " Allahu Akbar", muslim yang satu terkapar bersimbah darah sambil berteriak " Astaghfirullah ".
Bahan renungan kita.
Terima kasih atas artikelnya yang bermakna
Salam hangat dari Surabaya
Mau komen apa ya disini...
Bilang makasih sekali lagi aja deh.... :)
I get the point.
@Aullysudah berkunjung, terimakasih
@hafsaritetap belajar dan terus belajar Hafsari
@Abi SabilaNah itulah mas Abi jika nafsu yang lebih dominan, maka akhirnya terjadi perdebatan panjang dan saling bersikukuh dengan pendapat sendiri
@mimi RaDiAlAlhamdulillah mbak Arie, punya banyak teman yang menyuport
@DamaeTerimakasih mbak Damae
@Pakde CholikSetuju sangat Pakdhe..
matur nuwun sudah menambahi artikel ini, kadang prihatin juga dgn kondisi itu pakdhe
@Niken KusumowardhaniBingung juga saya, mau koment apa
Post a Comment
"Setelah dibaca tunjukkan kunjungannya dengan meninggalkan jejak dikolom komentar karena postingannya sopan maka diharap komentarnya juga yang sopan mohon tidak menulis komentar spam dan OOT disini"