Ingin kuselami setiap rongga di onggokan batang tubuhmu, ketika rindu dengan pongahnya mengutak atik hatiku. Dimana waktu, ketika segenap mentari mengenggam aktivitas, dan setiap malam melahap lelah. Tak ada perpanjangan tangan dari waktu untuk menjawab kesama rataan dari arti keberadaan. Porsinya terekam dalam sisi kisah, tertuang dalam waktu..24 jam. Cukup sekian…
Barangkali kita masih bisa memberikan penghargaan pada rasa yang pelan hilang. Penghargaan atas kemunculannya membunyikan kedutan untuk helak nafas, setidaknya memberi tanda bahwa kita masih melapak di bumi mendunia, meski kerap terlupa, menyakitkan…kelabu!.
Ada semacam prediksi tentang pembuluh vena dan arteri, yang teraba beda walaupun berdekatan lekat. Tentang kisah yang datang seenaknya, melarutkan mimpi, mengemaskan hati, melambungkan kejutan. Dan akhirnya dipersekian paruh umur, kita saling menyapa…
Aku tahu, disana…mentari masih bersalin dan bulan menjagainya hingga paginya melahirkan FAJAR. Tak ada bosan, selalu..
Maka mulailah kita mendogeng, tentang atap yang terhirup bersama dengan perbedaan lama. Engkau ternyata lebih lama mengenal kadar oksigen yang diberikan olehNya, dan atas dasar itu aku memanggilmu, kakak…
Sejak foto bertasbih itu muncul di sana..aku penasaran untuk melontarkan tanya. Siapa dia?? sejak kakakku berkisah tentang Islammu, keningku mengkerut, tapi bibirku mengucap asmaNya. Siapa dia??? dan hari dimana kau mengajakku berkenalan, aku bersorak gembira, karena aku sedari awal memang tak ingin mendahului menyapa…
Kita tak bersandar dengan pertemuan, kita mungkin berteman dengan angin yang saling berkabar. Tapi bagiku…sebuah rumah berdinding pekat itu cukup menjadi ruang belajarku. Dan mulai saat itu, sulit skali tak mengunjungi lapak hitam putih itu, kadang tak meninggalkan komentar, tapi aku selalu hadir menjumpainya. Siapa dia???
Kalian tau???
Ruang belajarku sederhana, hanya bercat hitam putih..
Disini melarat-larat teguran mulia, menuding kesombonganku
Disini tertempa mengharu biru kisah seorang muallaf. Sukses membuat hatiku basah
Disini melarung rindu tentang kedamaian agamaku, Islamku
Disini siraman semangat tentang ‘indahnya berkeluarga’ ada, melengkungkan bibirku tentang kisi si kakak yang beda.
Disini mengepul pembelajaran anak adam, ketidak mengertian, ketidaksadaranku tentang peraturanNya
Disini ladang kesendirianku belajar, ada mimik seriusku ketika membaca kalimatnya
Disini mengendap rasa sukaku, rasa cintaku pada Rabb
Tapi…
Aku tak pernah menemukan…
Ada gambar disana, sedikit mewakili tentang bagaimana ia melewati hari
Ada rangkaian puisi, padahal kupikir stok ‘rasa’nya mampu membuka jendela kata
Padahal kukira…ia bisa melakukan itu, sebab ia punya ketersukaan pada dunia ‘gambar’. Dan aku yakin, jika ia mau…rangkaian kalimat indah yang kadang diinginkannya untuk tiap ketikan ‘lapak’ akan tercipta. Karena untuk mendapatkannya, cukup sinkronkan hati dan tuts keyboard
Untuk yang menyukai candaan, tapi tak suka gombalan nyentrik wanita
Untuk si pecanda, tapi tak doyan komentar cibiran pertengkaran
Untuk si pemakna pergaulan, yang suka menggambar tata cara berpakaian
Untuk dia yang baru saja jatuh cinta pada cilok
Untuk kakak merangkap ustad kami..
Makasih untuk sharenya
Siapa dia???
Kujawab mantap…Dia, si penjual tasbih yang baru saja kupekerjakan jadi satpam di lapakku
Insan Robbani
Ada semacam prediksi tentang pembuluh vena dan arteri, yang teraba beda walaupun berdekatan lekat. Tentang kisah yang datang seenaknya, melarutkan mimpi, mengemaskan hati, melambungkan kejutan. Dan akhirnya dipersekian paruh umur, kita saling menyapa…
Aku tahu, disana…mentari masih bersalin dan bulan menjagainya hingga paginya melahirkan FAJAR. Tak ada bosan, selalu..
Maka mulailah kita mendogeng, tentang atap yang terhirup bersama dengan perbedaan lama. Engkau ternyata lebih lama mengenal kadar oksigen yang diberikan olehNya, dan atas dasar itu aku memanggilmu, kakak…
Sejak foto bertasbih itu muncul di sana..aku penasaran untuk melontarkan tanya. Siapa dia?? sejak kakakku berkisah tentang Islammu, keningku mengkerut, tapi bibirku mengucap asmaNya. Siapa dia??? dan hari dimana kau mengajakku berkenalan, aku bersorak gembira, karena aku sedari awal memang tak ingin mendahului menyapa…
Kita tak bersandar dengan pertemuan, kita mungkin berteman dengan angin yang saling berkabar. Tapi bagiku…sebuah rumah berdinding pekat itu cukup menjadi ruang belajarku. Dan mulai saat itu, sulit skali tak mengunjungi lapak hitam putih itu, kadang tak meninggalkan komentar, tapi aku selalu hadir menjumpainya. Siapa dia???
Ruang belajarku sederhana, hanya bercat hitam putih..
Disini melarat-larat teguran mulia, menuding kesombonganku
Disini tertempa mengharu biru kisah seorang muallaf. Sukses membuat hatiku basah
Disini melarung rindu tentang kedamaian agamaku, Islamku
Disini siraman semangat tentang ‘indahnya berkeluarga’ ada, melengkungkan bibirku tentang kisi si kakak yang beda.
Disini mengepul pembelajaran anak adam, ketidak mengertian, ketidaksadaranku tentang peraturanNya
Disini ladang kesendirianku belajar, ada mimik seriusku ketika membaca kalimatnya
Disini mengendap rasa sukaku, rasa cintaku pada Rabb
Tapi…
Aku tak pernah menemukan…
Ada gambar disana, sedikit mewakili tentang bagaimana ia melewati hari
Ada rangkaian puisi, padahal kupikir stok ‘rasa’nya mampu membuka jendela kata
Padahal kukira…ia bisa melakukan itu, sebab ia punya ketersukaan pada dunia ‘gambar’. Dan aku yakin, jika ia mau…rangkaian kalimat indah yang kadang diinginkannya untuk tiap ketikan ‘lapak’ akan tercipta. Karena untuk mendapatkannya, cukup sinkronkan hati dan tuts keyboard
Untuk yang menyukai candaan, tapi tak suka gombalan nyentrik wanita
Untuk si pecanda, tapi tak doyan komentar cibiran pertengkaran
Untuk si pemakna pergaulan, yang suka menggambar tata cara berpakaian
Untuk dia yang baru saja jatuh cinta pada cilok
Untuk kakak merangkap ustad kami..
Makasih untuk sharenya
Siapa dia???
Kujawab mantap…Dia, si penjual tasbih yang baru saja kupekerjakan jadi satpam di lapakku
Insan Robbani
Penulis:
36 comments
Sejenak ku menduga..
Karena ku mengenal cara penyajian ini..
Karena ku mengenal gaya penulisan ini..
Ternyata, betul. ^^
aku juga menduga demikian,ternyata melihat nama dibagian endingnya,ternyata betul:)
Awalnya saya menduga ini Nick.. trus berfikir nama yang lainnya, eh.. phuji tak masuk dalam pikiranku.. #mungkin karena saya jarang mengunjungi lapaknya.. -_-
Keren tulisannya dan sepertinya tidak mengada2 deh.. :)
pertama baca....tumben mas insan gaya bahasanya beda, timbul pertanyaan kemana arahnya dan apa hikmah yang mau dbagi..
ternyata ini lukisan perasaan terhadap mu. apa yang uty rasa sama persis dengan saya, bertanya-tanya, penasaran dan betah di ruang ilmu sederhana namun kaya hikmah dan pembelajaran. ketika pertama kali disapa lewat fb, wew senang, akhirnya bisa silaturahim dengan "sang guru" berharap silaturahim ini berkah, membawa ilmu, kebaikan dan perbaikan diri...
terus berkarya mas insan, kaka, guru, sahabat dan saudara kami
saya suka..saya suka.. ^-^
@Arya Poetrawah sdh hapal ternyata, hapal luar kepala...
@Atma MuthmainnaAlhamdulillah berarti Uty Lipi sdh punya karakter di tulisannya.
@Andro Bhaskaraberarti sekarang hrs lbh sering mampir di lapaknya Uty..
@Rima Auliawohohohohohoho..., jangan sebut diriku sang guru..., karena terlalu tinggi utk itu, sebagai saudara, kaka atau sahabat akan lbh baik, pernahkah Rasulullah menyebut dirinya sbg guru dihadapan para sahabat..??
@Fitriantokalau suka dgn tulisannya yg lbh banyak silahkan kunjungi di http://jejaksimungil.blogspot.com
tulisan tamu ya, kak? hehe... pantas beda :D
@Insan Robbani
wokey, karena Rosululloh mengajarkan untuk menyebut sesuai sebutan yang disukai, maka sebutan "sang guru" akan dihapus dan seperti biasa sebutan kaka tersemat untuk mas Insan
Saya hanya bisa menganggukkan kepala tanda setuju atas semua yang ditulis untuk menggambarkan blog ini. Kata-katanya pun terangkai dengan indah. Buat mas Insan Robbani semoga tulisan ini bisa menjadi penyemangat untuk terus berkarya lagi :)
@Rima Auliakarena kebaikan akhlaknya dan kerendahan hatinya Rasulullah memanggil pengikutnya sebagai sahabat bukan murid, kendatipun Islam tdk melarangnya
ehmm ada yg beda dr penulisannya, di endingnya bikin aku ragu, siapa penulisnya ternyata bukan kang insan,,,tapi uty, bnyk makna yang tersirat dalam tulisan uty..
but aku suka penyampaianya sederhana tpi pas
@Ila Rizky Nidianabetul sekali, adik Ila Rizky... dia seorang penulis berbakat... silahkan berkenalan
@Seagatesetuju banget mas sigit, sungguh tidak nyangka saya dikasih tulisan spt ini
@Selvi bethariasetuju banget, susah aku bikin tulisan seperti ini..
Antara tulisan kak nick atua kak uti..hahaha
Ternyata kak uti.
Tulisan yang manis :)
wahai penjual tasbih,
awalnya aku bertanya tanya, kenapa tulisan di sini sekarang gaya bahasanya kok beda jauh. apa si pemilik blog sudah dan sedang berusaha untuk menulis dalam gaya bahasa yang beda? tapi kalau yangmenulis ini adalah penulis blognya sendiri, kenapa dia membicarakan dirinya sendiri dengan cara ini? " ini bukan gaya bicara, gaya menulis, dan bukan pula gaya bertutur sang pemilik blog" begitu tadi aku membatin. dan ternyata benar, di akhir tulisanlah aku mendapatkan jawaban atas semua itu. dan diakhir tulisan itu aku menganggukkan kepala dan setuju tanpa sarat atas semua yang tertuang di sini....
salut untuk kolaborasi yang hebat ini..... :)
@UchankSetuju Uchank..., tulisan yang manis...
@MUHAMMAD RIDWANhahahaha....
sungguh suatu kebanggaan Kang bisa memposting tulisan ini, saya berharap suatu saat kang Ridwan juga ikut berkolaborasi disini.
setuju kan..?? oke.. makasih sdh mengangguk.
Salut buat persahabatannya :)
meskipun awalnya dhe ndak tahu kalo ini tulisan Lipi, tapi tebakan dhe kalo ini bukan tulisan kang insan ternyata bener.. tapi kenapa, kok mendadak pake penulis tamu juga disini?? hahahhaa :p
bagus lipi, dhe suka gaya berceritanya.. terlebih pas bagian ini, "Kita tak bersandar dengan pertemuan, kita mungkin berteman dengan angin yang saling berkabar"..
@dhe_bieDhe... supaya ada variasi juga, krn ini lagi ngebleng, suatu saat Dhe juga ngisi disini juga.
Dari awal ku baca hatiku bertanya2 "koq ada yg aneh yah dengan tulisan ini? gak seperti biasanya".. eh...gak tahunya diakhir kalimat tertulis dari sahabat robbani... hmmm..
@kucob@berbagiini sebuah apresiasi yg diberikan oleh sahabat Robbani pada Media Robbani, rasanya patut disyukuri.
hadir menyimak rangkaian kata mengalir indah dengan ending yang luarbiasa membuka seluruh makna postingan ini :)
salam kenal semuanya ^^
@BlogS of HariyantoTerimakasih untuk kunjungannya, penulisnya tetangga Mas Harianto juga kok
@jus kulit manggissalam kenal juga
@Mugniarterimakasih Bunda
baru ja mo bilang. sepertinya postingan mas insan yg ini, gayanya berubah total. persis orng yg saya kenal. eh, ternyataaaa... si utyyyyyyy. ckckkckckckkk..
ayo jd penulis tamu di tempatq mas. mau kagak? sya invite nih. mau yah..yah..:)
mampir lagi.. ada hadiah Seratus Cinta Gamazoe untuk kang Insan, silahkan diambil yaa http://gamazoe.wordpress.com/2012/03/31/seratus-cinta-gamazoe/ :)
SOb,,,Follback ya....
Link sobat sudah saya masukkan di side Bar Blog saya...!!!
di tunggu jga Link saya di masukin,,,di tunggu konfirmasinya di blog saya..!!!
@Accilongnulis apa ya chi..., berat rasanya bisa mensejajarkan dgn tulisanmu yg cerdas
Post a Comment
"Setelah dibaca tunjukkan kunjungannya dengan meninggalkan jejak dikolom komentar karena postingannya sopan maka diharap komentarnya juga yang sopan mohon tidak menulis komentar spam dan OOT disini"