Wednesday, October 20, 2010

Syarat-syarat Istighfar dan Etikanya

Istighfar yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi syarat-syarat dan etikanya;
yaitu, antara lain:

1. Syarat yang pertama adalah: niat yang benar dan ikhlas semata ditujukan kepada Allah
SWT. Karena Allah SWT tidak menerima amal perbuatan manusia kecuali jika amal itu
dilakukan dengan ikhlas semata untuk-Nya. Allah SWT berfirman:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS. Al Bayyinah: 50)
Dan sabda Rasulullah Saw :
"Seluruh amal perbuatan manusia ditentukan oleh niatnya. Dan orang yang beramal
mendapatkan balasan atas amalnya itu sesuai dengan apa yang diniatkannya". Hadits
muttafaq alaih.

2. Syarat kedua adalah: agar hati dan lidah secara serempak melakukan istighfar.
Sehingga tidak boleh lidahnya berkata: aku beristighfar kepada Allah SWT, sementara
hatinya ingin terus melakukan maksiat. Dari Ibnu Abbas r.a. diriwayatkan, ia berkata:
"orang yang beristighfar kepada Allah SWT dari suatu dosa sementara ia masih terus
menajalankan dosa itu maka ia seperti orang yang sedang mengejek Rabbnya!"
Rabi'ah berkata: istighfar kita butuh kepada istighfar lagi! Jika istighfar kita hanya
dengan lidah saja, tidak disertai dengan hati.

3. Di antara adab yang melengkapi istighfar itu adalah: agar ia berada dalam keadaan
suci, sehingga ia berada dalam kondisi yang paling sempurna, zhahir dan bathin. Seperti
dalam hadits Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. (dan apa yang
diucapkan oleh Abu Bakar itu adalah benar adanya) meriwayatkan kepadaku bahwa ia
mendengar Rasulullah Saw bersabsda:
"Tidak ada seseorang yang berbuat dosa, kemudian ia bangun dan bersuci serta
memperbaiki bersucinya, kemudian ia beristighfar kepada Allah SWT, kecuali Allah
SWT pasti mengampuninya" [Al Hafizh berkata: hadits ini diriwaytkan oleh Ahmad dan
yang empat dan Ibnu Hibban mensahihkannya. Fathul Bari: 11/ 98. Sedangkan dalam
Jami' Shagir dinisbahkan kepada Abi Daud dan Tirmizi. Sementara Al Albani
menyebutkannya dalam Dha'if al Jami' (5006)]. Kemudian Rasulullah Saw membaca ayat
:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" (QS. Ali Imran: 135).
Dalam hadits Abu Bakar secara marfu' dikatakan:
"Tidak ada orang yang dianggap terus melakukan dosa jika ia langsung beristighfar dan
meminta taubat, meskipun dalam satu hari ia dapat mengulang (dosa itu) sampai tujuh
puluh kali " [Dalam Fathul Bari: Hadits dikeluarkan oleh Abu Daud dan Tirmizi juga].

4. Di antara adab itu adalah: agar ia ber istighfar kepada Allah SWT, dan ia berada dalam
kondisi takut dan mengharap. Karena Allah SWT menyifati diri-Nya dengan firman-Nya:
"Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya" (QS. Ghafir: 3).
Dan firman Allah SWT :
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Al Maidah: 98).
"Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia
sekalipun mereka zhalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksaan-
Nya" (QS. ar-Ra'd: 6)
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang" 9QS. al Hijr: 49).
Ayat-ayat semacam ini banyak, dan seluruhnya menanamkan keseimbangan dalam hati
antara takut dan mengharap. Tidak ada yang merasa aman dari balasan Allah SWT,
kecuali mereka yang merugi. Dan tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah SWT
kecuali orang-orang kafir.
Oleh karena itu orang yang melakukan dosa tidak seharusnya meninggalkan istighfar,
sebanyak dan sebesar apapun dosa yagn telah ia perbuat. Karena ampunan Allah SWT
lebih besar dari dosanya itu, rahmat-Nya lebih luas, dan ampunanNya lebih besar.
Dalam hadits qudsi yang terkenal, yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Dzar dari
Nabi Saw dari Rabbnya Azza wa Jalla:
"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa pada malam dan siang hari, dan
Aku mengampuni dosa-dosa seluruhnya, maka minta ampunlah kepada-Ku niscaya Aku
ampuni kalian ".

5. Di antara adab itu adalah: agar ia memilih waktu yang utama. Seperti saat menjelang
subuh. Seperti firman Allah SWT :
" Dan yang memohon ampun di waktu sahur" (QS. Ali Imran: 17).
"Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)" (QS. adz-Dzariaat: 18).
Dan ketika anak-anak Ya'qub berkata kepada ayah mereka: "Wahai ayah kami,
mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang bersalah (berdosa)". Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang" (QS. Yusuf: 97-98).
Para mufassir berkata: beliau menunda istighfar itu hingga waktu menjelang subuh,
karena pada saat itu, doa lebih dekat untuk dikabulkan, jauh dari ria, lebih bersih bagi
hati, dan ia adalah waktu tajalli Ilahi pada sepertiga terakhir dari waktu malam.

6. Di antara adab itu adalah: istighfar dalam shalat. Pada saat bersujud, sebelum salam
atau setelah salam.
Rasulullah Saw telah mengajarkan Abu Bakar untuk mengucapkan sebelum salam:
"Wahai Allah, sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku dengan kezaliman
yang banyak, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau, maka
ampunilah daku dengan ampunan dari-Mu, dan kasihilah aku, sesungguhnya Engkau
adalah Maha Pemberi ampunan dan Maha Penyayang ".

7. Di antara adab itu adalah: agar ia berdo'a bagi dirinya sendiri dan bagi kaum mu'minin,
sehingga ia masuk dalam kelompok mereka, semoga Allah SWT menyayanginya dan
mengampuninya dengan berkah mereka dan dengan masuk dalam kelompok mereka.
Oleh karena itu kita dapati para nabi tidak hanya ber istighfar kepada diri mereka. Namun
juga bagi diri mereka, bagi kedua orang tua mereka, serta bagi kaum mu'minin dan
mu'minat seperti terdapat dalam do'a Nur dan Ibrahim serta nabi-nabi lainnya.
Di antara do'a Nuh itu adalah:
"Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan
beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan" (QS. Nuuh: 28).
Dan dari do'a Ibrahim adalah:
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang -orang
mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)" (QS. Ibrahim: 41).

8. Di antara adab itu adalah: agar ia berdo'a dan ber istighfar dengan redaksi yang
disebutkan dalam al Quran dan sunnah. Karena ia adalah redaksi yang terbaik, paling
besar nilainya, paling luas maknanya serta paling merasuk dalam hati. Berbeda halnya
dengan redaksi-redaksi doa dan wirid lain yang dibuat oleh manusia, di sana tidak ada
kemanusiaan susunan kalimat al Quran serta keindahan kata-kata yang digunakan dalam
hadits.
Dan dalam ber istighfar dan berdo'a dengan al Quran dan hadits itu mendapatkan dua
balasan:
a. Balasana doa dan istighfar.
b. Balasan mengikuti al Quran dan sunnah.
Di antara redaksi-redaksi doa al Quran adalah; doa yang diucapkan oleh Adam, Nuh,
Ibrahim dan nabi-nabi serta rasul-rasul yang lain. Di antaranya adalah:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi" (QS. al A'raaf: 23).
"Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada
Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali, " Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah
kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana" (QS. al Mumtahanah: 4-5).
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihlebihan
dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap
kaum kafir " (QS. Ali Imran: 147).
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih
dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang" (QS. Al Hasyr: 10).
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman,
(yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu"; maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami,
ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti" (QS. Ali Imran: 193).
Dan dalam hadits terdapat do'a dengan redaksi yang bermacam-macam. Di antaranya
adalah sayyidul istihgfar yang telah kami sebutkan sebelumnya. Di antaranya adalah:
"Wahai Tuhanku, ampunilah kesalahanku, kebodohanku serta tindakanku yang
berlebihan dalam urusanku".
Di antaranya adalah:
"Ya Allah, jauhkanlah daku dari kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur
dan Barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahanku dengan air, salju dan embun. Ya
Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahan seperti baju yang putih dibersihkan dari
kotoran". Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abi Hurairah dan diriwayatkan oleh Bukhari-
Muslim dari A'isyah. Dan adalah Rasulullah Saw berdo'a dengan do'a itu setelah
takbiratul ihram dalam shalat, serta sebelum membaca surah Al Fatihah.
Di antaranya adalah:
"Ya Allah, ampunilah kesalahanku, luaskanlah rumahmu dan berilah keberkahan dalam
rezekiku". diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmizi serta ia menilainya sebagai hadits
hasan, dan Abu Ya'la serta periwayat yang lain dari Abi Musa.


Post a Comment

"Setelah dibaca tunjukkan kunjungannya dengan meninggalkan jejak dikolom komentar karena postingannya sopan maka diharap komentarnya juga yang sopan mohon tidak menulis komentar spam dan OOT disini"

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes